Petani Kabupaten Solok keluhkan sulitnya pupuk bersubsidi

id Pupuk Bersubsidi di Solok,Petani Keluhkan Sulitnya Pupuk Bersubsidi,Sawah Solok,Beras Solok

Petani Kabupaten Solok keluhkan sulitnya pupuk bersubsidi

ilustasi petani menanam di sawah. (Antara Sumbar/ Tri Asmaini)

Arosuka, (Antaranews Sumbar) - Petani di Kabupaten Solok, Sumatera Barat mengeluhkan masalah sulit menemukan pupuk subsidi kepada Pemerintah daerah setempat.

Petani asal Nagari Talang, Rijalul (48) di Talang, Senin mengatakan sudah saatnya pemerintah lebih maksimal mendengarkan keluhan petani lokal, seperti langkanya pupuk bersubsidi.

"Stok pupuk bersubsidi harus lancar, itu saja yang kami minta," ujarnya.

Menurutnya, pupuk bersubsidi sulit dicari di Kecamatan Gunung Talang, seperti di Nagari Kotogadang Guguak, Nagari Talang, Nagari Cupak.

Ia menyebutkan beberapa hal yang menyebabkan petani menaikkan harga padi atau gabah, pertama karena jumlah panen berkurang karena hama tikus.

Kedua, sulitnya pupuk bersubsidi menyebabkan waktu panen telat bahkan hasil panen tidak berhasil. Ketiga karena permintaan beras tinggi, terpaksa harus menjual padi untuk konsumsi.

"Permasalahan pupuk sering terulang, pasokan pupuk memang datang tiap bulan, tapikan ada waktunya permintaan pupuk tinggi, dan pemerintah tidak mempertimbangkan itu, sehingga di saat musim tanam wajar jika pupuk langka," katanya.

Petani lainnya, Idrus, (45) warga Nagari Kotogadang Guguak menyebutkan permasalahan kelangkaan pupuk memang masih dirasakan, terutama pada saat musim tanam, tapi hal ini tidak separah 2017 lalu.

"Sehingga pada bulan berikutnya saat petani berebut pupuk, kebutuhan tidak terpenuhi, hal-hal semacam ini harus diperhatikan pemerintah," katanya.

Kemudian, warga nagari Cupak, Andri Yan (34) yang juga pengecer beras Solok, mengatakan permintaan pupuk bersubsidi di Solok lebih besar dari daerah lainnya sehingga sering langka.

"Sebaiknya ini (distribusi pupuk) dibenahi untuk ke depannya, agar pertanian lebih lancar," ujarnya.

Permasalahan pupuk yang kerap terjadi di masa tanam juga berdampak pada peningkatan harga gabah atau padi yang mencapai Rp10.200 per sukat, sedangkan Anak Daro hampir mencapai Rp9.500 persukat.

Padahal sebelum 2017 atau sebelum masalah kelangkaan pupuk pada pertengahan 2017 lalu, harga persukatnya untuk Sokan biasanya Rp9.100, dan Anak Daro Rp8.600.

Mahalnya harga gabah juga diiringi dengan naiknya harga beras Solok yang mencapai Rp15.000 per kilogram di tingkat pengecer, apalagi dibawa keluar daerah, mencapai Rp17.000 per kilogram.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Solok, Admaizon menyatakan kuota pupuk bersubsidi sudah meningkat dari tahun sebelumnya. Pada 2018 untuk jenis Urea sebanyak 5000 ton, ZA 2100 ton, SP36 6400 ton, NPK ponska 8550 ton, dan pupuk organik 2700 ton.

Pada tahun lalu urea persediaannya hanya 1.949 ton, SP36 1325 ton, ZA dari 592 ton kemudian NPK ponska 1.465 ton, dan organik yang hanya 427 ton untuk 2017. Sementara luas areal sawah di Kabupaten Solok tahun 2018 sebanyak 23.509 hektar, atau sama dengan tahun sebelumnya.

Admaizon mengatakan, menaikkan kuota pupuk bersubsidi pada 2018 ini merupakan respon pemerintah atas masalah kelangkaan pupuk akut yang terjadi pada pertengahan 2017 lalu.

Menurutnya, persoalan pupuk sangat erat kaitannya dengan hasil panen, apalagi saat itu banyak petani panennya tidak maksimal, bahkan ada yang gagal panen.

"Rencananya untuk tahun 2019, kami akan kembali menaikkan alokasi pupuk bersubsidi, tapi jumlahnya masih kami bicarakan," katanya.

Admaizon menyebut pihaknya sudah melakukan pendataan ketersediaan pupuk sebelum musim tanam, apakah aman atau tidak jika musim tanam tiba.

"Tapi kendalanya lahan pertanian kami begitu luas, sawah, sayuran dan perkebunan semua merata, jadi untuk mengatasi itu, tiap tahun akan kita usahakan untuk meningkatkan kuota pupuk subsidi," ujarnya. (*)