155 Bencana Alam Terjadi di Agam Selama 2018

id Bencana

155 Bencana Alam Terjadi di Agam Selama 2018

Satu unit mobil berusaha melewati tumpukan material longsor di Pelupuk, Kabupaten Agam. (ANTARA SUMBAR/Istimewa)

Lubukbasung, (Antaranews Sumbar) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Agam, Sumatera Barat mencatat sebanyak 155 kali bencana alam terjadi di daerah itu semenjak Januari sampai 8 Desember 2018.

"Bencana alam itu berupa banjir, tanah longsor, kebakaran, orang tengelam dan lainnya," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Agam Wahyu Bestari di Lubukbasung, Sabtu.

Ia merincikan, ke 155 kali bencana alam itu terjadi pada Januari sebanyak lima kali, Februari empat kali, Maret 13 kali, April 21 kali.

Sementara pada Mai sebanyak 11 kali, Juni empat kali, Juli tujuh kali, Agustusan tujuh kali.

Sedangkan pada September 12 kali, Oktober 34 kali, November 25 kali dan Desember 12 kali.

"Jumlah bencana alam terbanyak terjadi pada Oktober dan November karena saat itu curah hujan cukup tinggi melanda daerah tersebut mengakibatkan tanah longsor dan pohon tumbang melanda sejumlah daerah. Kerugian bencana itu sekitar Rp2,24 miliar," katanya.

Bencana alam ini terjadi di 16 kecamatan di Agam. Ini mengingat bahwa potensi tanah longsor, banjir, pohon tumbang dan lainnya sangat tinggi melanda daerah itu.

Dengan kondisi itu, pihaknya mengimbau warga untuk meningkatkan kewaspadaan saat curah hujan tinggi disertai angin kencang melanda daerah itu dengan cara mengindari daerah rawan.

Untuk meminimalkan bencana tersebut, tambahnya, BPBD Agam mengerahkan Satgas dan Tim Reaksi Cepat untuk membersihkan ranting pohon yang berpotensi menimpa pengguna jalan dan rumah warga

Selain itu membersihkan tanah berpotensi longsor di sepanjang jalan kabupaten, jalan provinsi dan jalan nasional.

"Di jalan nasional menghubungkan Bukittinggi menuju Pasaman ada 12 titik rawan longsor yang telah dibersihkan," tegasnya.

Tempat terpisah, Ketua DPRD Agam Marga Indra Putra menambahkan, seluruh sungai harus dilakukan normalisasi untuk mengantisipasi banjir merendam rumah warga.

Agar normalisasi ini terwujud, pihaknya melakukan koordinasi dengan pemerintah setempat untuk mengusulkan normalisasi Sungai Antokan dan Sungai Masang ke Pemprov dan pemerintah pusat.

"Kedua sungai ini harus secepatnya di normalisasi karena sepanjang sungai tersebut rawan banjir saat hujan," katanya. *