Harga minyak melonjak dipicu "gencatan senjata" sengketa perdagangan AS-China

id harga minyak

Harga minyak melonjak dipicu "gencatan senjata" sengketa perdagangan AS-China

Ilustrasi - Harga minyak mentah naik. (ANTARA News/Ridwan Triatmodjo)

New York, (Antaranews Sumbar) - Harga minyak melonjak hampir empat persen pada penutupan pasar Senin (Selasa pagi WIB), setelah Amerika Serikat dan China menyetujui "gencatan senjata" 90 hari dalam sengketa perdagangan dan provinsi Alberta Kanada memerintahkan pemotongan produksi, sementara kelompok eksportir OPEC tampaknya akan mengurangi pasokan.

Patokan global minyak mentah Brent berjangka menguat 2,23 dolar AS atau 3,75 persen menjadi menetap di 61,69 dolar AS per barel, sementara minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) berjangka, meningkat 2,02 dolar AS atau 3,97 persen menjadi menetap di 52,95 dolar AS per barel.

Kedua patokan naik lebih dari lima persen pada awal sesi.

China dan Amerika Serikat setuju selama pertemuan akhir pekan Kelompok 20 (G20) negara ekonomi utama di Argentina untuk tidak memberlakukan tarif perdagangan tambahan selama setidaknya 90 hari, sementara mereka mengadakan pembicaraan untuk menyelesaikan perselisihan yang ada.

Perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia itu telah sangat membebani perdagangan global dan memicu kekhawatiran perlambatan ekonomi.

Minyak mentah belum termasuk dalam daftar produk-produk yang sedang menghadapi tarif impor, tetapi para pedagang mengatakan sentimen positif mendukung pasar minyak mentah.

"Tanda-tanda awal hubungan perdagangan AS-China pada perbaikan telah memberikan dorongan terhadap harga minyak di sesi perdagangan hari ini. Namun demikian, apakah momentum akan bertahan, bergantung pada hasil nyata dari negosiasi," kata Abhishek Kumar, analis energi senior di Interfax Energy di London.

Minyak juga mendapat dukungan dari pengumuman oleh Alberta bahwa provinsi Kanada Barat itu akan memaksa produsen untuk memangkas produksi sebesar 8,7 persen atau 325.000 barel per hari (bph), untuk mengatasi kemacetan (bottleneck) saluran pipa yang telah menyebabkan minyak mentah meningkat di penyimpanan.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan bertemu pada Kamis (6/12) untuk memutuskan produksi. Kelompok itu, bersama dengan anggota non-OPEC Rusia, diperkirakan akan mengumumkan pemotongan produksi yang ditujukan untuk mengekang banjir pasokan yang telah menurunkan harga minyak mentah sekitar sepertiga sejak Oktober.

"Kami merasa bahwa penurunan sekitar 1,1-1,2 juta barel per hari akan diperlukan jika harga terendah baru harus dihindari," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates, dalam sebuah catatan.

Dalam OPEC, Qatar mengatakan akan meninggalkan klub produsen tersebut pada Januari. Produksi minyak Qatar hanya sekitar 600.000 barel per hari, tetapi ini adalah pengekspor gas alam cair (LNG) terbesar di dunia.

Keputusan Qatar untuk mengundurkan diri dari OPEC menunjukkan frustrasi produsen kecil itu terhadap peran dominan panel yang dipimpin Saudi dan Rusia, Gubernur OPEC Iran Hossein Kazempour Ardebili mengatakan kepada Reuters, menambahkan bahwa pemotongan pasokan harus datang hanya dari negara-negara yang mengalami peningkatan produksi.

Di luar OPEC, produksi minyak Rusia mencapai 11,37 juta barel per hari pada November, turun dari rekor pasca-Soviet 11,41 juta barel per hari yang dicapai pada Oktober, data Kementerian Energi menunjukkan pada Minggu (2/12).

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Sabtu (1/12) bahwa dia tidak memiliki angka konkret tentang kemungkinan pemangkasan produksi minyak, meskipun negaranya akan melanjutkan kontribusinya untuk mengurangi produksi global.

Sementara itu, produsen-produsen minyak di Amerika Serikat terus menghasilkan jumlah minyak mentah yang banyak, dengan produksi minyak mentah sekitar 11,5 juta barel per hari. (*)