Tiga hal utama untuk temukan migas besar, kata Wamen ESDM Arcandra

id Arcandra Tahar

Tiga hal utama untuk temukan migas besar, kata Wamen ESDM Arcandra

Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar. (Antara)

Jakarta, (Antaranews Sumbar) - Wakil Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menyakini penemuan migas besar (giant oil discovery) bukanlah sesuatu yang mustahil, jika beberapa (tiga) hal utama dilakukan dalam kegiatan eksplorasinya.

Informasi Kementerian ESDM yang dihimpun Antara di Jakarta, Selasa, hal tersebut adalah pertama apabila Indonesia mempunyai teknologi dan mau menerima teknologi baru, maka ada kemungkinan teknologi menemukan "new discovery".

"Syukur jika itu menjadikan cadangan migas besar," kata Arcandra.

Kedua, sistem yang efisien, transparan dan akuntabel. "Maka kita berharap ini akan menjadi pilar untuk ditemukannya 'discovery'," tegasnya.

Dan, yang ketiga adalah "human capital" yang mumpuni, yang bisa merawat cadangan-cadangan atau "reserve" nasional yang ada di basin-basin di seluruh Indonesia, sehingga bisa menemukan "big discovery" seperti yang ditargetkan.

Penemuan cadangan minyak bumi baru yang besar merupakan solusi untuk kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) masyarakat yang terus tumbuh. Disparitas antara produksi migas nasional dengan kebutuhan masyarakat juga semakin besar, karena meningkatnya kebutuhan masyarakat tidak diiringi dengan meningkatnya produksi migas nasional.

"Giant discovery akan menjadi kenyataan apabila kita mulai melihat tiga hal tersebut," jelas Wakil Menteri ESDM tersebut.

Kebutuhan konsumsi BBM nasional saat ini sekitar 1,6 juta barel per hari dan akan terus tumbuh seiring dengan tumbuhnya perekonomian. Sebaliknya, kemampuan produksi BBM nasional rata-rata 800.000 barel per hari dan 600.000 barel per hari harus impor untuk menutupi kebutuhan yang ada.

Sementara itu, Kepala SKK Migas periode 2014-2018 Amin Sunaryadi juga turut memberikan penjelasan mengenai upaya Indonesia menemukan cadangan migas yang besar di Nusantara.

"Trend produksi migas kita itu menurun karena lapangan yang sudah tua, konsumsi kita naik semakin lama semakin tinggi. Mau tidak mau teman-teman di hulu migas harus mendapatkan 'giant discovery', karena itu satu-satunya untuk membantu Indonesia," ujar Amin Sunaryadi.

Untuk mendapatkan "discovery", maka diperlukan eksplorasi yang masif dan menyeluruh di wilayah-wilayah yang berpotensi memiliki "discovery".

Selain mengalokasikan anggaran untuk peningkatan produksi migas nasional dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), saat ini Pemerintah juga telah mengantongi komitmen kerja pasti sebesar dua miliar dolar AS untuk 10 tahun mendatang.

"Sekarang ada komitmen kerja pasti untuk kegiatan eksplorasi untuk dipergunakan 10 tahun mendatang yang nilainya dua miliar dolar," tegasnya.

Bentuk komitmen ini, kata dia, berbeda dengan komitmen wilayah kerja (WK) eksplorasi.

"Kalau WK eksplorasi tidak menjalankan komitmen harus bayar, tapi untuk membayarnya itu menagihnya susah, bahkan sebagian Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) sudah hilang. Tapi karena ini adalah KKKS produksi, maka jika tidak melaksanakan komitmen kerja pasti eksplorasi maka uangnya akan diambil oleh pemerintah," jelas Amin. (*)