November, Bukittinggi inflasi 0,83 persen

id Bukittinggi Inflasi,Inflasi di Bukittinggi,BPS Bukittinggi

November, Bukittinggi inflasi 0,83 persen

Ilustrasi - Inflasi.

Bukittinggi, (Antaranews Sumbar) - Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, mencatat daerah itu inflasi sebesar 0,83 persen pada November 2018 dan kenaikan harga sewa rumah adalah salah satu penyumbang inflasi.

Kepala BPS Bukittinggi, Mukhlis di Bukittinggi, Senin, menyebutkan berdasarkan perkembangan indeks harga konsumen (IHK) selama November 2018, sewa rumah dominan menyumbang inflasi lalu komoditas beras dan bawang merah.

Andil sewa rumah terhadap inflasi di Bukittinggi pada bulan tersebut yaitu 0,30 persen, beras sebesar 0,26 persen dan bawang merah sebesar 0,12 persen.

Selama November 2018, BPS mencatat secara umum semua kelompok pengeluaran mengalami kenaikan harga yaitu di kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar.

Selanjutnya, kelompok sandang, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga serta kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan.

Selain sewa rumah, beras dan bawang merah, komoditas lain yang juga mengalami kenaikan harga yaitu roko kretek filter, daging ayam ras, bahan bakar rumah tangga, lemari pakaian, bensin, jeruk, apel, tarif pulsa ponsel, taring potong rambut pria dan lainnya.

Di sisi lain penurunan harga selama November 2018 terjadi di komoditas cabai merah, belut, ikan dencis, telur ayam ras, minyak goreng, daun bawang, ikan mas, ikan tuna, gula pasir, ikan mujair dan komoditas lainnya.

Tingkat perubahan IHK menggambarkan daya beli masyarakat dalam memenuhi kebutuhan harian, makin tinggi inflasi maka makin rendah nilai uang dan daya belinya.

Bukittinggi berada di urutan ke dua di Sumatera dan ke delapan di Indonesia dari 82 kota IHK yang mengalami inflasi/deflasi.

Berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) harga beras untuk Sumbar merupakan tertinggi di Indonesia sejak seminggu terakhir.

Hanya saja pedagang menilai harga beras Solok tidak bisa disamakan dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang dibuat pemerintah, karena punya kualitas yang berbeda.

Sementara salah seorang pemilik kontrakan di Kelurahan Aur Tajungkang Tengah Sawah Bukittinggi Epi mengatakan sewa rumah dinaikkan menyesuaikan dengan kondisi harga kebutuhan harian.

"Selama tiga tahun terakhir belum pernah naikkan sewa rumah, karena sekarang harga barang harian terasa mahal jadi terpaksa biaya sewa disesuaikan," ujarnya. (*)