RI-Arab didorong tingkatkan kemitraan industri sawit

id Sawit

RI-Arab didorong tingkatkan kemitraan industri sawit

Foto udara kawasan perkebunan kelapa sawit di Batanghari, Jambi, Rabu (28/11/2018). Komisi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) menyatakan, hingga September 2018 sebanyak 413 pelaku usaha kelapa sawit, termasuk koperasi petani swadaya dengan total luas lahan sebesar 2,439 juta hektare telah mendapatkan sertifikat ISPO sebagai bentuk komitmen nasional untuk penerapan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan, ramah lingkungan, sesuai peraturan, dan dengan tata kelola baik. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/aww.

Jeddah, (Antaranews Sumbar) - Kementerian Perdagangan mendorong para pengusaha Indonesia dan Arab Saudi untuk meningkatkan kerja sama di sektor industri kelapa sawit, kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Arlinda.

"Dalam kesempatan ini, saya ingin menekankan bahwa Indonesia adalah pemasok minyak kelapa sawit berkualitas tinggi terbesar dan terbaik, dan produsen utama Certified Sustainable Palm Oil (CSPO)," ujar Arlinda di Jeddah, Arab Saudi, Kamis.

Arlinda menyampaikan hal tersebut pada Forum Bisnis Indonesia-Arab Saudi yang dihadiri ratusan pengusaha dari kedua negara sebagai rangkaian acara 'Made in Indonesia Expo 2018' di Jeddah.

Ia memaparkan, Indonesia memasok 6,58 juta ton atau lebih dari separuh CSPO di pasar global.

Arlinda meyakinkan, industri kelapa sawit di Indonesia berkelanjutan, ramah lingkungan dan berkualitas tinggi, seperti yang dipersyaratkan dalam skema Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO) Di Indonesia, minyak kelapa sawit memainkan peran penting dalam penyediaan pekerjaan dan mengatasi kemiskinan di daerah pedesaan.

Ini, lanjut Arlinda, adalah sumber pendapatan langsung dan tidak langsung sekitar 16,5 juta di Indonesia sehingga riak kecil di sepanjang rantai pasokan minyak sawit akan berdampak besar pada Indonesia.

"Saya percaya minyak sawit juga mendukung berbagai industri konsumen di Arab Saudi, mulai dari perawatan pribadi, kosmetik, barang-barang rumah tangga, hingga makanan dan minuman," tuturnya. Hal ini, tambah Arlinda, memberikan kesempatan kerja bagi Arab Saudi, namun hemat biaya jika membandingkan minyak sawit dengan minyak nabati lainnya. (*)