Star Energy bertekad hasilkan listrik 1.200 MW

id Geothermal,Star energy,Listrik geothermal

Star Energy bertekad hasilkan listrik 1.200 MW

Garut, (Antaranews Sumbar) - Star Energy bertekad menjadi perusahaan pengelola Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) terbesar di Indonesia dengan kapasitas 1.200 megawatt pada 2028.

"Sekarang kami mengelola lebih dari 900 megawatt listrik panas bumi di tiga lokasi pasca akuisisi dua aset Chevron Corporation yakni Gunung Salak dan Darajat. Kami bertekat pada 2028 pengelolaan menjadi 1.200 megawatt," kata TL Operation PGF PT Star Energy Otto Hari saat menerima kunjungan Pemkab Solok Selatan di Garut, Kamis.

Dia mengatakan, untuk mencapai target 1.200 megawatt pada 2028 pihaknya menyiapkan Sumber Daya Manusia seperti insinyur baru di semua bidang.

"Selain menyiapkan sumber daya manusia, kami akan melakukan sejumlah projek, termasuk pengembangan teknologi," ujarnya.

Pengembangan teknologi, sebutnya bakal dilakukan di Gunung Salak.

Ekspansi juga menjadi salah satu upaya yang bakal dilakukan Star Energy. Saat ini Star Energy tengah melakukan eksplorasi di Lampung.

Ia menyebutkan, geothermal Drajat memiliki kapasitas 271 megawatt dan termasuk unit geothermal yang terbesar di Indonesia.

Geothermal Drajat sudah menghasilakan total listrik 33.499 megawatt sejak mulai beroperasi.

Data Kementerian ESDM yang dikutip menunjukkan, PLTP Gunung Salak memiliki kapasitas 377 MW dan Darajat sebesar 270.

Sementara, Star Energy, perusahaan afilisasi PT Barito Pacific Tbk, yang dikendalikan pengusaha nasional Prajogo Pangestu, sebelumnya sudah mengelola PLTP Wayang Windu dengan kapasitas 287 MW.

Dengan demikian, setelah mengelola PLTP Gunung Salak, Darajat, dan Wayang Windu, total kapasitas PLTP yang dikelola Star Energy menjadi 934 MW atau terbesar di Indonesia.

Konsorsium Star Energy pada 31 Maret 2017 telah menyelesaikan pembelian dua aset PLTP Chevron yakni Gunung Salak dan Darajat.

Nilai akuisisi ketiga aset tersebut diperkirakan mencapai 2,3 miliar dolar AS atau setara Rp31 triliun. (*)