Dinkes Pasaman catat angka stunting capai 1.253 anak

id Stunting

Dinkes Pasaman catat angka stunting capai 1.253 anak

Bupati Pasaman, Yusuf Lubis tampak menggendong salah seorang warga stunting di Muaro, Nagari Muaro Seilolo, Mapattunggul Selatan (Ist)

Lubuksikaping (Antaranews Sumbar) - Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman, mencatat angka balita stunting di daerah itu mencapai 1.253 anak.

Jumlah anak yang terganggu pertumbuhan secara fisik atau bertubuh pendek ini menyebar pada sepuluh nagari di enam kecamatan di daerah itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman, dr Arnida, Kamis.

Ia menyebutkan, di Nagari Cubadak, Duokoto, jumlah balita stunting mencapai 415 orang anak. Disusul Nagari Ladang Panjang di Tigo Nagari 172 orang anak, Muaro Seilolo, Mapattunggul Selatan 164 orang anak, Ganggo Hilia, Bonjol 137 orang anak.

Berikutnya, Nagari Malampah, Tigonagari 102 orang anak. Binjai di Tigonagari 83 orang anak, Koto Kaciak, Bonjol 68 anak, Panti 52 orang anak, Kotorajo, Rao Utara 51 orang anak. Terakhir, Nagari Simpang Tonang 9 orang anak.

"Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan fisik pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya," ujarnya.

Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah anak lahir, atau dalam 1000 hari pertama kehidupan. Namun, stunting baru nampak setelah anak berusia 2 tahun, tambahnya.

Stunting, berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, dan penurunan produktivitas. Untuk di Pasaman, rata-rata stunting muncul sejak bayi dalam kandungan.

"Penyebab stunting antara lain, ibu hamil yang kekurangan makanan tambahan dan asupan gizi, sanitasi yang buruk, minimnya akses air bersih serta prilaku hidup tidak sehat," katanya.

Menurut dr Fionaliza M.KM, stunting sangat identik dengan anak bertubuh pendek, IQ dibawah rata-rata, rentan terhadap berbagai penyakit serta produktifitas yang rendah.

"Stunting juga sering disebut kondisi gagal tumbuh pada balita sejak masih dalam kandungan hingga 1.000 hari pertama kehidupan, itu adalah masalah rawan terhadap balita terkena stunting," ujarnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman, Amdarisman mengatakan, pemberian makanan tambahan lokal bagi Ibu hamil dan balita dapat menanggulangi permasalahan stunting di wilayah itu.

"Ibu hamil dan balita ini kan merupakan kelompok yang sangat rawan mengalami kekurangan gizi. Untuk itu, pemberian gizi dan makanan bagi ibu hamil dan balita harus diprioritaskan. Ini upaya pemerintah menanggulangi stunting," katanya.

Bahkan, kata Amda, pemerintah pusat telah mengalokasikan dana sebesar Rp625 juta, untuk perbaikan gizi bagi ibu hamil dan balita di nagari yang menjadi lokus stunting.

"Dana ini hanya disalurkan untuk 16 kabupaten terpilih dari total 100 kabupaten/kota lokus stunting di Indonesia. Ini bentuk kerjasama antara Kemenkes dengan ketua TP PKK kabupate," ucap Amda.

Ia mengatakan, penanggulangan stunting menjadi program prioritas pemerintah pusat dan daerah. Pada 2019 nanti, kata dia, akan dibangun sanitasi dan air bersih bagi nagari yang banyak mengalami balita stunting.

"Untuk penanganan stunting di sepuluh nagari itu, bersama OPD terkait, kita akan bangun jamban sebanyak lima per nagari. Pembangunan sarana air bersih dan pemberian gizi dan makanan tambahan bagi ibu hamil dan balita," kata Amda.