Menurut pengamat ini penyebab ikan bilih hilang

id Ikan bilih

Menurut pengamat ini penyebab ikan bilih hilang

MENJAGA POPULASI IKAN BILIH Nelayan menunjukkan empat ekor ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) hasil tangkapannya di Muara Sumpu, Danau Singkarak, Kab.Tanah Datar, Sumatera Barat, Minggu (21/10/2018). Nagari Sumpu di tepian Danau Singkarak itu melakukan upaya menjaga populasi ikan bilih yang mulai langka itu di danau tersebut, dengan melarang warga luar menangkap bilih menggunakan alat apapun di daerah mereka. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/18 (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)

Padang, (Antaranews Sumbar) - Pengamat perikanan dan kelautan Universitas Bung Hatta (UBH) Sumatera Barat Prof Hafrijal Syandri menilai ada empat hal menyebabkan ikan bilih (mystacoleucus padangensis) hilang di perairan Danau Singkarak Sumatera Barat.

“Keempat hal tersebut menjadi penyebab utama hilangnya ikan khas daerah tersebut dan ini harus disikapi secara serius oleh pemangku kepentingan dan masyarakat sekitar danau,” kata dia di Padang, Rabu.

Menurut dia penyebab pertama adalah akumulasi penangkapan yang dilakukan sejak 10 tahun terakhir. Dari data yang dimilikinya pada 2001 ada sebanyak 894 unit jaring Langli dengan ukuran mata pancing tiga per empat atau lima per delapan.

Ia mengatakan ukuran tersebut sangat kecil dan membuat ikan bilih tidak berkembang biak karena yang kecil ikut tertangkap oleh nelayan.

“Penangkapan secara masif tersebut membuat ikan bilih tidak memiliki generasi berikutnya dan menyebabkan ikan tersebut hilang saat ini,” ujar dia.

Kedua, lanjutnya keberadaan bagan milik masyarakat yang jumlahnya mencapai 450 unit di Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Bagan ini memiliki mata pancing berukuran kecil dan menangkap ikan berukuran kecil yang sebenarnya tidak dapat dimanfaatkan.

Kemudian yang ketiga, keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di kawasan danau tersebut ikut mempengaruhi ekosistem dan membuat ikan tidak memiliki tempat untuk bertelur.

“PLTA ini membuat fluktuasi air begitu cepat dan membuat ikan sulit berkembang biak karena pasir di tepi danau menghilang akibat permukaan air yang naik,” kata dia.

Selain itu sebab yang keempat adalah keberadaan ikan nila yang dipelihara oleh masyarakat di danau tersebut. Menurut dia ikan nila merupakan ikan invasif yang berbahaya karena menjadi predator di ekosistem tempatnya tinggal

“Ikan nila yang terlepas dari keramba masyarakat terlepas dan memakan anak-anak ikan bilih sehingga tidak dapat berkembang biak lagi,” ujar dia.

Dirinya menyarankan agar bagan ini tidak lagi diprioritaskan oleh masyarakat sebagai mata pencaharian karena berdampak pada kelestarian ekosistem di Danau Singkarak.

“Walau mata pancing bagan diganti menjadi lebih besar hal ini tidak akan berdampak banyak dan tetap merusak lingkungan,” kata dia

Dirinya mengusulkan nelayan sekitar Danau Singkarak agar berpindah dari nelayan bagan menjadi nelayan menggunakan jaring Langli dengan ukuran minimum mata pancing tiga per empat ke atas untuk menjaga kelestarian ikan bilih di danau tersebut.

“Atau sebaiknya fokus pada bidang pariwisata dan masyarakat menjadikan parawisata sebagai mata pencaharian utama mereka,” ujarnya. (*)