Dua pertiga penyakit infeksi baru bersumber dari hewan

id Kemenkes,Infeksi Baru

Dua pertiga penyakit infeksi baru bersumber dari hewan

Ilustrasi - (ANTARA SUMBAR/Iggoy el Fitra/12)

Nusa Dua, (Antaranews Sumbar) - Kementerian Kesehatan RI mengatakan masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit infeksi yang baru muncul dan bersama-sama mengatasi ancaman kesehatan global.

"Perlu suatu kolaborasi dan integrasi dari semua aktor baik lintas sektor maupun masyarakat untuk bersama-sama mengatasi ancaman kesehatan terutama terhadap penyakit infeksi yang baru muncul," kata Kepala Badan Litbang Kesehatan Kemenkes, Siswanto di Nusa Dua, Bali, Selasa.

Dia mengatakan, hampir 2/3 penyakit infeksi yang baru muncul tersebut bersumber dari hewan atau zoonosis. Dalam penyakit bersumber binatang sudah punya satu pendekatan disebut one health.

Intinya fokus tidak hanya ke manusia tapi tiga komponen yaitu manusia, hewan dan lingkungan.

Menurut Siswanto, hewan tersebut bisa bersifat vektor yang bertindak sebagai penular penyebab penyakit (agen) misalnya nyamuk atau juga ada yang bersifat reservoir yang dapat memindahkan penyakit dari satu sumber seperti kelelawar dan tikus.

"Karena ini sifatnya penyakit infeksi yang baru muncul maka untuk menentukan benar penyakit itu bersumber dari hewan maka harus konfirmasi laboratorium," tambah dia.

Maka untuk menangani penyakit-penyakit infeksi yang baru muncul tersebut perlu penguatan simpul-simpul laboratorium.

Di Indonesia laboratorium rujukan infeksi berada di bawah Kemenkes.

Saat ini secara umum terdapat 9.930 laboratorium pengembangan, 188 laboratorium dinkes, 2.750 laboratorium rumah sakit dan empat balai besar laboratorium kesehatan serta laboratorium rujukan nasional.

Dalam pertemuan ke-5 Global Health Security Agenda (GHSA) yang diselenggarakan di Nusa Dua, Bali pada 6-8 November 2018, salah satu yang menjadi fokus kerjasama global adalah terkait biosecurity dan biosafety.

Dalam hal penyakit infeksi baru, dikatakan Siswanto, bahwa peran biosecurity dan biosafety sangat penting terutama terkait orang yang menanganinya dan juga biosecurity laboratorium agar virus tidak keluar dari lab. (*)