Warga terdampak banjir di Padang masih bersihkan rumah dari lumpur

id Pembersihan rumah pascabanjir

Warga terdampak banjir di Padang masih bersihkan rumah dari lumpur

Pembersihan rumah pascabanjir Minggu (4/11). (ANTARASumbar/Fathul Abdi)

Padang, (Antaranews Sumbar) - Warga RW 11, Kelurahan Alai Parak Kopi, Padang, Sumatera Barat, sampai saat ini masih berupaya membersihkan rumah usai terkena banjir pada Jumat sore (2/11).

"Sampai sekarang saya serta warga lain masih berupaya membersihkan rumah dari material yang terbawa air pada peristiwa banjir hari Jumat," kata salah seorang warga Roni Barat (34), di Padang, Senin.

Ia mengatakan upaya pembersihan agak berat karena banjir membawa material lumpur.

"Rumah saya saja saat kejadian ketinggian airnya mecapai satu meter, dan lumpur di rumah sekitar 10 centimeter," katanya.

Beruntung, katanya, air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sudah mengalir, sehingga bisa digunakan membersihkan lumpur.

Hal senada juga disampaikan warga lainnya Desniwita, yang juga tengah membersihkan rumah dari lumpur.

Pantauan di lapangan hingga Minggu pukul 16.00 WIB, sebahagian warga masih tampak membersihkan rumah masing-masing.

Sementara di sepanjang tepian banjir kanal kawasan Alai Parak Kopi, dijadikan warga menjemur pakaian, karpet, dan lainnya.

Pembersihan rumah warga juga tampak dibantu personel BPBD Padang, komunitas peduli bencana, relawan, dan lainnya.

Menurut Roni, kebutuhan yang diperlukan pascabanjir saat ini adalah pakaian sekolah bagi anak-anak, serta buku.

"Pakaian sekolah anak-anak serta buku-buku sudah tidak bisa dipakai lagi," kata warga di RT 03 itu.

Berdasarkan data ada sekitar 200 unit rumah warga yang terdampak banjir di RW 11 Kelurahan Alai Parak Kopi, dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) mencapai 650 KK.

Delapan unit di antara rumah tersebut diketahui mengalami rusak parah.

Banjir disebabkan luapan air bah dari banjir kanal, dampak hujan yang mengguyur sejak Jumat (2/11) siang.

Menurut keterangan warga serta Lurah Alai Parak Kopi, Agustinus, banjir pada Jumat (2/11) itu adalah yang terparah dalam empat puluh tahun terakhir. (*)