Cuaca picu inflasi di Sumbar

id cuaca, TPID,cabai

Cuaca picu inflasi di Sumbar

PADANG, 1/4 - Awan hitam menaungi atap (gonjong) rumah gadang di Padang, Sumbar, Antara Foto/Igoy El Fitra.

Padang, (Antaranews Sumbar) - Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sumatera Barat mencatat provinsi itu mengalami inflasi sebesar 0,81 persen pada Oktober 2018 dipicu oleh faktor cuaca.

"Meningkatnya harga kelompok bahan makanan dan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar menjadi pendorong utama inflasi umum pada Oktober 2018," kata Anggota TPID Sumbar Bimo Epyanto di Padang, Jumat.

Menurutnya berdasarkan realisasi inflasi bulanan tersebut, Sumatera Barat terpantau sebagai provinsi dengan inflasi tertinggi ketiga di Sumatera dan tertinggi keempat dari 28 provinsi yang mengalami inflasi secara nasional.

"Laju inflasi bulanan Sumatera Barat pada Oktober 2018 terpantau lebih tinggi dibandingkan laju inflasi nasional yang mencapai 0,28 persen disumbang kenaikan komoditas cabai merah yang mengalami gangguan pasokan akibat musim hujan," ujar dia.

Ia menyampaikan naiknya harga cabai merah disebabkan berkurangnya pasokan dari sentra produksidari dalam dan luar Sumatera Barat akibat faktor cuaca.

Sementara itu, peningkatan harga beras terjadi karena akibat cuaca kurang kondusif yang menghambat produksi dan proses penjemuran gabah, kata dia.

Ia menyebutkan secara tahunan perkembangan harga Sumatera Barat mencatat inflasi sebesar 3,29 persen atau lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 3,16 persen

Sedangkan dari kelompok perumahan, air, listrik, gas, bahan bakar sumbangan inflasi terutama berasal dari kenaikan harga bensin dan bahan bakar rumah tangga dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,08 persen dan 0,02 persen.

"Kenaikan harga bensin terjadi merupakan imbas dari kebijakan penyesuaian harga BBM nonsubsidi yang ditetapkan pada 10 Oktober 2018," ujarnya.

Selain itu, inflasi bahan bakar rumah tangga disebabkan oleh kelangkaan pasokan elpiji 12 kilogram terutama di wilayah Bukittinggi serta naiknya harga minyak tanah nonsubsidi sejak 10 Oktober 2018.

Di sisi lain, menurut dia inflasi lebih lanjut tertahan seiring dengan masih berlanjutnya deflasi komoditas bawang merah, daging ayam ras, dan telur ayam ras.

Masih terjaganya pasokan bawang merah akibat panen dari dalam dan luar Sumatera Barat menjadi penyebab penurunan harga komoditas tersebut. Sedangkan deflasi pada harga daging ayam ras dan telur ayam ras merupakan imbas dari melimpahnya pasokan dari peternak, ujarnya.

Menghadapi berbagai risiko yang ada, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Sumatera Barat secara aktif melakukan berbagai upaya dalam pengendalian inflasi di daerah.

Upaya pengendalian inflasi selama 2018 terutama difokuskan pada pada stabilitas harga komoditas penyumbang inflasi terutama beras, cabai merah, bawang merah, telur ayam, dan daging ayam ras, kata dia. (*)