Pariwisata - Sumbar luncurkan art fashion and culture 2018

id AFC,ArtFashionCulture2018

Pariwisata - Sumbar luncurkan art fashion and culture 2018

National Board Indonesian Fashion Chamber (IFC) Fomalhaut Zamel (kiri) bersama Kabid Pengembangan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Sumbar Derliati (dua dari kiri) saat memberikan keterangan kegiatan Art Fashion and Culture 2018 di Padang, Minggu (21/10). (Antara Sumbar/ Mario Sofia Nasution)

Padang, (Antaranews Sumbar) – Dinas Pariwisata Sumatera Barat bekerja sama dengan Indonesian Fashion Chamber (IFC) meluncurkan ajang Art Fashion and Culture 2018 yang rangkaian puncak kegiatan dilaksanakan pada Sabtu 8 Desember 2018.

National Board IFC Fomalhaut Zamel saat memberikan keterangan pers di Padang, Minggu mengatakan kegiatan ini merupakan gabungan seni, fashion dan budaya dan ada 12 desainer yang akan menampilkan karya mereka nantinya.

Kegiatan ini mengambil tema "Singularity" yang bermakna sebagai perubahan zaman. Tema ini menggambarkan kehidupan yang mengalami pergeseran teknologi dan masa depan yang belum pasti.

"Dalam tema ini terdapat unsur pertanyaan, kekhawatiran, optimisme dan harapan yang akan terjadi di masa mendatang," katanya.

Karya-karya desainer itu nantinya akan dibagi dalam empat klaster yang akan menjadi trend Forecaster 2019/2020 yakni Exuberant, Neo Medieval, Svarga dan Cortex.

"Kita akan menampilkan budaya lokal dalam tampilan global. Mulai dari tenun, batik minang, motif pandai sikek yang dikemas dalam tren global tersebut," kata dia.

Selain itu pihaknya juga akan digelar Seminar Trend Forecasting yang akan digelar di Aula Dinas Pariwisata Sumbar pada Kamis(24/10).

"Kita akan membahas secara dalam empat tema besar yang akan menjadi tren busana global," katanya.

Kabid Pengembangan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Sumbar Derliati mengatakan pihaknya saat ini berupaya membuka ruang bagi pekerja kreatif untuk menyalurkan karya mereka.

Kegiatan ini diharapkan berdampak terhadap usaha kreatif dan mampu menggaet wisatawan lokal maupun mancanegara datang ke Sumbar.

Menurut dia pemerintah tidak menghalangi seseorang untuk mengekpresikan diri melalui karya-karya mereka terutama di bidang fashion.

Namun dalam pelaksanaannya, para desainer harus berhat-hati terhadap rambu-rambu yang ada sehingga mereka dapat berkarya dan tetap menjunjung falsafah adat, "Adat Basandi Syara-Syara Basandi Kitabullah (ABS-SBK).

"Ini memang sebuah dilema, namun kita harus lebih jeli lagi dalam menciptakan ide dengan tidak menghilangkan pakem yang ada," kata dia.*