MTKAAM minta pemerintah serius cegah penyebaran LGBT di Sumbar

id LGBT

MTKAAM minta pemerintah serius cegah penyebaran LGBT di Sumbar

Ketua Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau (MTKAAM), Irfianda Abidin (Ist)

Kami tidak ingin azab Allah berupa bencana turun ke Sumbar seperti yang terjadi pada kaumnya Nabi Luth yakni bangsa Sodom. Kita ingin seluruh pihak berperang menghadapi LGBT, sama seperti memerangi narkoba yang dapat merusak generasi muda
Padang, (Antaranews Sumbar) - Ketua Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau (MTKAAM), Irfianda Abidin meminta pemerintah serius mencegah penyebaran penyakit Lesbian Gay, Bisex dan Transgender (LGBT) di Sumbar karena jumlah mereka terus bertambah banyak.

"Pemerintah daerah memiliki perangkat dan anggaran untuk itu, apabila mereka serius dalam melakukan penanganan, tentu penyakit masyarakat ini dapat berkurang," kata dia di Padang, Senin.

Mulai dari Dinas Pendidikan bersama Kantor Kemenag melakukan sosialiasasi terhadap pelajar di seluruh Sumatera Barat dan menanamkan bahwa LGBT merupakan perbuatan yang menyimpang dan melanggar syariat agama.

Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan diharapkan gencar memberikan penyuluhan kepada masyarakat agar mereka memahami bahwa tindakan tersebut melanggar norma sosial, adat dan agama.

Selain itu datuk dan penghulu di setiap nagari mampu menjaga kampung mereka dari hal tersebut dengan melakukan pengawasan bersama. Apabila ditemukan ciri yang mengindikasikan LGBT langsung ditegur dan ditindak sehingga mereka tidak dapat berkembang.

"Kami tidak ingin azab Allah berupa bencana turun ke Sumbar seperti yang terjadi pada kaumnya Nabi Luth yakni bangsa Sodom. Kita ingin seluruh pihak berperang menghadapi LGBT, sama seperti memerangi narkoba yang dapat merusak generasi muda," ujarnya.

Sebelumnya Wakil Ketua Komisi V DPRD Sumbar Amora Lubis mengatakan jumlah masyarakat yang terkena penyakit LGBT ini semakin banyak. Mulai dari rakyat biasa hingga orang yang berkedudukan, yang belum menikah maupun yang telah menikah.

Mulai dari yang tidak sekolah hingga orang berpendidikan, bahkan sudah ada komunitas LGBT di kampus-kampus negeri maupun swasta.

Menurut dia, penguatan di lingkungan masyarakat juga perlu dilakukan karena berkembangnya LGBT ini akibat adanya pembiaran yang dilakukan masyarakat.

"Fungsi sosial tidak lagi bekerja sebagaimana mestinya seperti ninik mamak, cadiak pandai maupun alim ulama yang tidak menjaga nagari (desa adat) mereka," katanya.

Ia berharap, apabila ada gelagat yang mencurigakan terjadi di wilayah mereka langsung disikapi berupa dinasehati dan ditegur sehingga fungsi pengawasan berjalan mulai diclingkungan terendah seperti keluarga hingga lingkungan masyarakat.

"Ini yang perlu kita hidupkan kembali sehingga masyarakat risih melakukan perbuatan yang menyimpang dan menyalahi norma yang ada. Apabila seluruhnya berjalan baik maka penyakit tersebut akan dapat hilang dari daerah ini," katanya. (*)