Irwan Prayitno tidak setuju mitigasi bencana masuk kurikulum sekolah

id Irwan prayitno,Mitigasi Bencana,Kurikulum Mitigasi Bencana

Irwan Prayitno tidak setuju mitigasi bencana masuk kurikulum sekolah

Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno. (Antara)

Menjadikan mitigasi bencana sebagai sebuah mata pelajaran tersendiri seperti Budaya Alam Minangkabau (BAM) yang dijadikan muatan lokal akan menghadapi sejumlah kendala. Di antaranya alokasi jam pelajaran yang telah penuh yaitu 40 jam per minggu
Padang, (Antaranews Sumbar) - Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno menilai mitigasi bencana tidak perlu masuk kurikulum dengan menjadi mata pelajaran tersendiri karena akan memberatkan siswa.

"Kurikulum sekolah kita sudah sangat padat. Tidak memungkinkan untuk ditambah lagi dengan mata pelajaran baru meski sifatnya sangat penting," katanya di Padang, Senin.

Ia mengatakan itu terkait wacana memasukkan mitigasi bencana dalam kurikulum sekolah PAUD hingga SMA di provinsi rawan bencana untuk menciptakan generasi sadar bencana.

Irwan yang sebelum menjadi gubernur adalah seorang praktisi pendidikan menyebut kurikulum yang padat sangat memberatkan siswa. Apalagi jika guru masing-masing mata pelajaran memberikan pekerjaan rumah.

"Jika ditambah lagi dengan mata pelajaran mitigasi bencana akan lebih membebani anak," ujarnya.

Meski demikian ia memahami pentingnya pemahaman mitigasi bagi masyarakat terutama generasi muda Sumbar karena provinsi itu memiliki sangat rawan bencana.

Gempa dan tsunami merupakan bencana yang paling ditakuti karena bisa menimbulkan korban jiwa dan kerugian materi yang amat banyak.

Solusinya menurut Irwan adalah memasukkan materi mitigasi bencana pada mata pelajaran yang telah ada.

Integrasi itu dilakukan pada seluruh mata pelajaran yang sangat memungkinkan seperti geografi, ekonomi bahkan agama.

Kepala Dinas Pendidikan Sumbar, Burhasman menilai metode integrasi merupakan solusi yang paling memungkinkan untuk mengajarkan mitigasi bencana di sekolah.

"Menjadikan mitigasi bencana sebagai sebuah mata pelajaran tersendiri seperti Budaya Alam Minangkabau (BAM) yang dijadikan muatan lokal akan menghadapi sejumlah kendala. Di antaranya alokasi jam pelajaran yang telah penuh yaitu 40 jam per minggu," katanya.

Setidaknya mata pelajaran baru akan butuh dua jam pelajaran seminggu jam belajar siswa otomatis bertambah.

Mata pelajaran baru juga butuh dukungan tenaga guru yang punya kapasitas dan latar belakang ilmu pendidikan.

Karena itu metode integrasi bisa menjadi alternatif yang bisa digunakan dengan menambah pengetahuan guru sejumlah mata pelajaran terkait mitigasi bencana.

Mata pelajaran yang bisa diintegrasikan diantaranya geografi, agama, biologi, sosiologi, ekonomi, astronomi dan fisika. (*)