Penurunan harga sejumlah kebutuhan bikin Padang kembali deflasi

id deflasi,harga cabai turun,BPS padang

Penurunan harga sejumlah kebutuhan bikin Padang kembali deflasi

Pedagang cabai merah (Antara Sumbar/ Mario Sofia Nasution)

Padang, (Antaranews Sumbar) - Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat mencatat Kota Padang mengalami deflasi pada September 2018 sebesar 0,35 persen setelah pada Agustus mengalami hal yang sama sebesar 0,40 persen.

"Deflasi Sumbar pada September disumbang oleh penurunan harga cabai merah, bawang merah dan daging ayam ras," kata Kepala BPS Sumbar Sukardi di Padang, Senin.

Menurutnya cabai merah memberikan andil deflasi sebesar 0,20 persen, bawang merah 0,11 persen, daging ayam ras 0,10 persen, telur ayam ras 0,04 persen, jengkol 0,03 persen dan minyak goreng 0,01 persen.

Sukardi menyampaikan dari 23 kota di Sumatera, tujuh kota mengalami inflasi dan tertinggi terjadi di Bengkulu sebesar 0,59 persen.

Sementara 16 kota lainnya mengalami deflasi dengan angka tertinggi di Tanjung Pandan sebesar 1,12 persen.

Kota Padang menduduki urutan kedelapan dari 16 kota yang mengalami deflasi di Sumatera dan urutan ke-26 secara nasional, kata dia.

Sukardi menjelaskan deflasi adalah suatu keadaan harga-harga secara umum turun dan nilai uang bertambah.

Jika inflasi adalah keadaan yang terjadi akibat jumlah uang yang beredar di masyarakat terlalu banyak, maka deflasi terjadi karena kurangnya jumlah uang yang beredar, kata dia.

Sebelumnya Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno meminta bupati dan wali kota di daerah itu lebih peduli terhadap inflasi dan tidak membiarkan begitu saja faktor-faktor yang dapat memicunya.

"Ketika harga pangan naik tak menentu, masyarakat tidak mampu beli, itu terjadi karena kepala daerah tidak peduli dan membiarkan saja, untuk mengatasi inflasi itu harus bersama-sama, kata Irwan.

Ia meminta kepala daerah selalu menindaklanjuti setiap hasil pertemuan Tim Pengendali Inflasi Daerah karena tujuannya adalah untuk kebaikan masyarakat.

"Pemimpin harus peduli soal ini, jangan sampai autopilot jalan sendiri tanpa terasa adanya kehadiran kepala daerah," ujarnya.

Ia menambahkan pengendalian inflasi selain masyarakat nyaman juga akan menciptakan iklim investasi yang kondusif karena harga-harga stabil sehingga pemilik modal bisa memperkirakan kapan uangnya kembali. (*)