Tenun Sungai Jambur kembali hidup

id Tenun Sungai Jambur,Tenun Solok

Tenun Sungai Jambur kembali hidup

Seorang penenun, Jusmalinar sedang menenun dengan alat tenun tradisional. (Antara Sumbar/ Tri Asmaini)

Arosuka, (Antaranews Sumbar) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Solok, Sumatera Barat, mendorong perkembangan tenun Nagari Sungai Jambur, Kecamatan IX Koto Sungai Lasi.

"Kami sejak 2016 membina masyarakat Sungai Jambur untuk menenun, sekarang sudah ada sekitar 20 penenun yang sudah menghasilkan kain tenun Sungai Jambur," kata Kepala Dinas Koperasi, Industri dan Perdagangan (Koperindag) Kabupaten Solok, Nasripul Romika di Arosuka, Kamis.

Ia menjelaskan keinginan menenun berasal dari masyarakat, yang kemudian diakomodasi Diskoperindag dengan bantuan alat dan pembinaan penenun.

Pada 2016 dan 2017, Diskoperindag telah memberikan 20 bantuan alat tenun bukan mesin (ATBM) kepada masyarakat yang berminat.

Untuk memperluas jaringan pemasaran, kelompok tenun Sungai Jambur sering mengikuti pameran. Pihaknya juga mengajak dewan kerajinan nasional daerah (Dekranasda) untuk membantu pengrajin dan penenun dalam menjual hasil karya.

Saat ini, cukup banyak peminat tenun ini, terkadang wisatawan dari Provinsi tetangga Sumbar, seperti Jambi dan Riau.

"Yang melewati Sungai Lasi juga menyempatkan untuk berkunjung ke Kampung Tenun Sungai Jambur," ujarnya.

Tenun Sungai Jambur memiliki khas pada motif yang simpel dan benang yang tidak mencolok. Tenunan tidak terlalu tebal, sehingga ringan saat dipakai.

Sementara, salah satu penenun, Jusmalinar (42) dari kelompok tenun usaha mulia, mengatakan setelah dibantu oleh Dinas Koperindag, penenun membentuk koperasi untuk menolong kebutuhan bahan baku benang dan kain.

Menurutnya, untuk menenun bahan baju memerlukan waktu tiga hingga empat hari, sedangkan untuk kain songket sekitar seminggu.

Saat ini tenun Nagari Sungai Jambur telah menjadi kampung percontohan tenun di Kabupaten Solok. Dengan harga yang relatif murah kain songket dijual mulai Rp500 ribu sampai jutaan dibanding tenun lainnya. Jika dengan bahan benang kristal Rp1,5 juta.

"Sedangkan jika memakai benang katun lebih sulit proses pengerjaannya," katanya.

Dalam sebulan, ia bisa menyiapkan tiga buah kain songket. Pesanan terkadang dari pejabat Pemda, dari luar pulau Jawa, Padang, Pekanbaru, Jambi.

Dalam sebulan, ia bisa mendapatkan penghasilan Rp3 juta lebih. Anaknya, Lega (19) juga belajar menenun songket dari dua tahun yang lalu.

Ia mengatakan promosi dilakukan melalui ketua kelompok dengan menjualkan keluar daerah, dan datangnya wisatawan langsung ke Nagari Sungai Jambur. (*)