Padang, (Antaranews Sumbar) - Jumlah pemilih perempuan yang lebih banyak dari pada pemilih laki-laki dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) di Sumatera Barat bisa dimanfaatkan oleh calon legislatif perempuan untuk mendulang suara pada Pemilu Legislatif 2019, kata peneliti Women Reserach Institue (WRI) Edriana di Padang, Rabu.
"Logikanya perempuan pasti lebih memahami persoalan perempuan. Karena itu, caleg perempuan yang bisa menggunakan kedekatan itu, kemungkinan besar bisa meraih suara lebih baik," katanya di Padang, Rabu.
Data Komisi Pemilihan Umum (KPU), DPT di Sumbar pada Pemilihan Legislatif dan Presiden 2019 berjumlah 3.477.311 orang terbagi atas pemilih laki-laki 1.710.484 orang dan pemilih perempuan 1.766.827 orang.
Berdasarkan data tersebut jumlah pemilih perempuan lebih banyak 56.543 orang dari pada pemilih laki-laki di daerah itu.
Edriana yang menjabat sebagai direktur program di WRI menilai komposisi caleg perempuan sebanyak 30 persen dari total caleg yang didaftarkan ke KPU juga memberikan ruang yang lebih besar bagi perempuan untuk duduk di lembaga legislatif.
Ditambah lagi caleg perempuan memiliki modal sosial berupa interaksi dengan sesama dan lingkungan yang biasanya lebih intens dari pada laki-laki sehingga "jaringan" itu bisa sangat menguntungkan.
Namun merujuk data penelitian dalam beberapa kali pelaksanaan Pemilu Legislatif, beberapa keunggulan itu tidak bisa dikonversi menjadi dukungan dan perolehan suara.
Dari 30 persen syarat keterwakilan perempuan untuk calon legislatif itu,hanya sekitar 18 persen saja yang berhasil duduk di legislatif sehingga keterwakilan perempuan di lembaga wakil rakyat itu masih relatif minim.
Berdasarkan hasil Pemilu 2004, keterwakilan perempuan di lembaga legislatif Sumbar sebanyak 36 orang dari 605 orang anggota legislatif atau 5,96 persen.
Tahun 2009 naik menjadi 45 orang dari 610 orang anggota legislatif atau 7,38 persen. Lalu pada 2014 keterwakilan perempuan sebanyak 48 orang dari 650 orang atau tetap 7,38 persen.
"Data ini membuktikan perempuan masih belum mendapatkan kepercayaan, bahkan oleh pemilih perempuan sendiri. Padahal perjuangan untuk aspirasi kaum hawa akan lebih tertampung jika ada perwakilannya di legislatif," ujarnya.
Ia menengarai belum bisa bersaingnya caleg perempuan dalam pesta demokrasi itu disebabkan minimnya modal kapital dan waktu untuk berjuang.
"Sebagian perempuan terikat dengan rumah tangganya sehingga waktu yang dimiliki relatif lebih sedikit untuk berjuang. Namun dengan pengelolaan yang baik, hal itu sebenarnya bukan halangan," katanya.
Hal itu menurut Edriana adalah salah satu pekerjaan rumah bagi perempuan Indonesia untuk menempatkan wakilnya di legislatif untuk mengakomodasi aspirasi guna direalisasikan dalam bentuk aturan bahkan UU.
Women Reserach Institue (WRI) adalah lembaga non universitas yang melakukan penelitian berdasarkan metodologi feminis. Lembaga yang berdiri 2012 itu hadir untuk menyikapi minimnya peran perempuan dalam lembaga-lembaga pengambil keputusan seperti legislatif. (*)
Berita Terkait
Nasyiatul Aisyiyah sambut baik dua perempuan Banten melenggang menuju Senayan
Senin, 18 Maret 2024 13:51 Wib
Aksi peringatan Hari Perempuan Internasional
Jumat, 8 Maret 2024 18:22 Wib
Seorang perempuan bersimbah darah diduga korban pembunuhan di PT GMP, Polres Pasbar lakukan penyelidikan
Kamis, 15 Februari 2024 19:24 Wib
KPID Sumbar tegaskan peran penting perempuan dalam penyiaran
Rabu, 7 Februari 2024 16:14 Wib
Anies sering sebut "bansos" dan "perempuan" di debat pemungkas capres
Senin, 5 Februari 2024 5:34 Wib
KPU: Budaya patriarki tantangan caleg perempuan dalam Pemilu
Selasa, 23 Januari 2024 20:58 Wib
Puskapol minta caleg perempuan kampanye edukatif dan bermartabat
Selasa, 23 Januari 2024 19:57 Wib
Peduli kelompok rentan, Srikandi PLN dukung pemberdayaan melalui volunteeringprogram, dari Tata Boga hingga Holtikultura
Selasa, 23 Januari 2024 17:26 Wib