Miris nian, karena tidak memiliki tenaga medis, napi sakit di Lapas Pariaman terpaksa menempati ruangan khusus

id Lapas Pariaman

Miris nian, karena tidak memiliki tenaga medis, napi sakit di Lapas Pariaman terpaksa menempati ruangan khusus

Para narapidana Lapas Klas II B Pariaman yang mengidap penyakit terpaksa ditempatkan di ruangan khusus dengan fasilitas seadanya. (Antara Sumbar/Muhammad Zulfikar)

Pariaman, (Antaranews Sumbar) - Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Pariaman, Sumatera Barat, membutuhkan bantuan tenaga medis untuk menangani kesehatan para narapidana di lapas tersebut, karena dokter yang biasa bertugas sedang menjalani pendidikan spesialis ke Yogyakarta sejak satu tahun terakhir.

"Saat ini Lapas Klas II B Pariaman tidak memiliki tenaga medis, akibatnya setiap ada napi sakit dan harus ditangani dokter, terpaksa dilarikan ke rumah sakit umum terdekat," kata Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Pariaman, Pudjiono Gunawan di Pariaman, Rabu.

Ia mengatakan hingga saat ini Lapas Klas II B Pariaman belum menerima pengganti tenaga medis dari kementerian terkait meskipun telah mengirimkan permohonan pengganti.

Untuk menangani dan membiayai para narapidana yang sakit, Lapas Pariaman hanya diberikan anggaran sebesar Rp2 juta per bulan oleh Kementerian terkait.

Anggaran tersebut belum mampu mencukupi kebutuhan biaya obat dan perawatan ratusan narapidana tersebut.

"Jumlah narapidana di Lapas Pariaman sudah mencapai 523, sehingga dana Rp2 juta tersebut tidak mencukupi biaya berobat mereka," kata dia.

Dari 523 warga binaan itu, sekitar 10 orang merupakan napi mengidap berbagai penyakit, mereka terpaksa menempati ruangan khusus.

Pada Juli 2018 lalu ujarnya, salah seorang narapidana meninggal dunia di Lapas Klas II B Pariaman karena mengidap penyakit Tuberculosis (TBC).

Sebelumnya, narapidana tersebut sempat dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pariaman untuk mendapatkan pengobatan.

"Namun narapidana tersebut akhirnya meninggal di dalam Lapas, kita tidak memiliki biaya yang cukup apabila dilakukan rawat inap sehingga terpaksa rawat jalan," katanya.

Sementara perawatan warga binaan yang sakit oleh pihak keluarga sering terkendala soal jarak dan biaya.

Untuk mengatasi persoalan ini pihaknya telah meminta bantuan kepada Pemerintah Kota Pariaman.

"Saya telah berbicara langsung dengan Wakil Wali Kota Pariaman agar bersedia mengirimkan tenaga medis, minimal satu kali seminggu untuk melakukan cek kesehatan di Lapas Pariaman," katanya.

Selain tenaga medis kami juga berharap pemerintah setempat mau memberikan bantuan berupa obat-obatan yang dibutuhkan para narapidana, kata dia.

Wakil Ketua DPRD Pariaman Syafinal Akbar mengatakan permohonan bantuan yang diajukan Lapas Klas II B Pariaman, bisa saja dikabulkan asalkan melalui prosedur.

"Persoalan ini akan kami bahas bersama pihak terkait, karena bagaimana pun juga hal itu menyangkut hajat hidup orang banyak," kata dia.

Namun ia juga mempertanyakan tidak adanya pengganti tenaga medis yang sedang melanjutkan pendidikan tersebut. Seharusnya dikirim penggantinya dulu baru dokter bersangkutan pergi pendidikan. (*)