Isu tsunami di Lombok dinilai tak logis

id tsunami, badrul,isu tsunami Lombok

Isu tsunami di Lombok dinilai tak logis

Badrul Mustafa. (Antara)

Saya  mempertanyakan  robot apa yang diturunkan ke dasar laut? Ini  lucu karena  biasanya peneliti dalam menyelidiki dasar laut menggunakan kapal selam remote control seperti ROV (Remote Operated Vehicle) yang diturunkan dari kapal penelitian dan bel
Padang, (Antaranews Sumbar) - Pakar gempa Universitas Andalas (Unand) Padang Badrul Mustafa menilai isi pesan berantai tentang akan terjadi tsunami di Lombok tak logis dan memastikan hal itu sebagai berita bohong.

"Di daerah yang memang berpotensi terdampak tsunami seperti Lombok tentu bisa terjadi musibah tersebut jika persyaratannya terpenuhi. Tapi jika ada ramalan akan terjadi tsunami di suatu tempat maka itu adalah berita bohong," kata dia di Padang, Jumat.

Menurutnya pesan berantai yang menyatakan ada ilmuwan India yang menurunkan robot ke dasar laut Mandalika dan menemukan tanah di dasar laut terbelah hingga ribuan meter ke arah pulau Jawa tak logis.

"Saya mempertanyakan robot apa yang diturunkan ke dasar laut? Ini lucu karena biasanya peneliti dalam menyelidiki dasar laut menggunakan kapal selam remote control seperti ROV (Remote Operated Vehicle) yang diturunkan dari kapal penelitian dan belum pernah saya dengar robot digunakan untuk penelitian dasar laut," kata dia.

Kemudian menurutnya untuk menyelidiki dasar laut menggunakan ROV membutuhkan waktu yang sangat lama. Sebab, ROV yang besarnya kira-kira sebesar bemo atau bajaj bergerak lamban.

Karena itu, untuk bisa memetakan dasar laut sepanjang ribuan meter seperti yang disebutkan dalam pesan berantai yang beredar tak logis karena perlu waktu yang sangat lama, ujarnya.

Selanjutnya penelitian dasar laut seperti seismik marin membutuhkan biaya yang besar. Karena itu, Indonesia kerap bekerja sama dengan luar negeri dalam sebuah penelitiah bersama.

"Pertanyaannya kapan ilmuwan India melakukan riset? Riset seperti ini tentu akan menjadi berita besar tapi malah tidak pernah terdengar beritanya," katanya.

Lalu, kalau penelitian dikaitkan dengan gempa yang terjadi di Lombok sejak 29 Juli lalu, tentu penelitian bersama memerlukan waktu persiapan yang panjang, mulai dari proposal yang diajukan oleh tim peneliti di negara masing-masing.

"Tidak bisa secepat itu proposal mendapat persetujuan, karena selain menyangkut biaya besar, juga menyangkut koordinasi antara dua atau lebih negara yang terlibat," ujarnya.

Berikutnya , kalau sudah ditemukan retakan cukup lebar dan cukup panjang dari Lombok sampai ke Jawa, artinya itu sudah terjadi tsunami mestinya.

Ia menceritakan pengalaman dengan grup BPPT saat diundang oleh Jepang untuk mengadakan riset dasar laut di perairan Aceh pascatsunami.

Penelitian menggunakan kapal penelitian RV Jamstec pada Februari 2005 berlangsung selama tiga gelombang, masing-masing dua pekan dan melalui ROV diteemukan retakan besar di perairan Aceh sebelah utara pulau Simeulue.

Diperkirakan retakan yang terbentuk akibat gempa dahsyat tersebut memanjang ratusan kilometer, sampai ke kepulauan Nicoba

Jadi, retakan yang sangat panjang itu sebagai penyebab terguncangnya sejumlah besar volume air laut sehingga terjadi tsunami, kata dia. (*)