Mohammad Hatta, tokoh proklamator Republik Indonesia lahir dengan nama kecil Mohammad Athar di Fort de Kock atau yang saat ini dikenal dengan sebutan Bukittinggi, sebuah kota di kaki Gunung Marapi dan Singgalang Sumatera Barat.
Lahir pada 12 Agustus 1902 dari pasangan Muhammad Djamil yang merupakan seorang ulama tariqat di Batuhampar dengan Siti Saleha.
Kiprahnya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia bersama tokoh-tokoh lain kemudian membawanya menjadi pendamping Soekarno sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia.
Pascakemerdekaan RI, Hatta terbilang aktif dalam memberikan ceramah serta menulis berbagai karangan ilmiah yang berkaitan dengan ekonomi dan koperasi. Selanjutnya, pada Juli 1953, ia diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia saat pelaksanaan Kongres Koperasi Indonesia di Bandung.
Berangkat dari sumbangsih pemikirannya terhadap pembangunan ekonomi Indonesia, maka hari kelahiran Hatta tersebut kemudian diperingati dengan digelarnya Bung Hatta Festival 2018.
Terdapat beberapa agenda dalam rangakain kegiatan tersebut, seperti pameran beberapa produk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), seminar, creatif talk, penampilan kesenian, peluncuran Koperasi Alumni Universitas Bung Hatta serta pegelaran fashion show yang memperkenalkan produk UMKM di daerah tersebut.
Kegiatan tersebut digelar pada 12 dan 13 Agustus di Istana Bung Hatta Bukittinggi dengan melibatkan para pelaku UMKM serta pemangku kepentingan di daerah setempat.
Memajukan UMKM
Ketua Panitia Pelaksana Bung Hatta Festival, Sepris Yonaldi mengatakan kegiatan tersebut merupakan sebuah upaya agar seluruh UMKM yang ada di Sumbar dapat naik kelas.
Saat ini pada umumnya unit usaha yang ada di Sumbar maupun di Indonesia masih berada dalam skala mikro atau menengah, melalui kegiatan ini diharapkan agar unit-unit usaha tersebut dapat meningkat ke level yang lebih besar.
"Hadirnya Bung Hatta Festival ini adalah upaya untuk menjadikan UMKM jadi naik kelas, agar mereka tidak hanya berputar pada level menengah saja," ujarnya.
Jika dilihat saat ini, menurutnya UMKM yang ada di Sumbar sudah mulai meningkat ke arah yang lebih baik, hal tersebut dapat dilihat dari pelaku UMKM itu sendiri.
Jika biasanya para pelaku UMKM adalah ibu-ibu yang berusaha di rumah agar tidak mengganggur, maka saat ini generasi muda terutama mahasiswa sudah banyak yang mulai terjun ke dunia wirausaha.
Senada, Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno mengatakan perkembangan UMKM di Sumbar dewasa ini mulai membaik yang terlihat dari meningkatnya pendapatan perkapita serta jumlah UMKM yang semakin banyak.
"Mudah-mudahan ini berdampak pada perekonomian masyarakat sebagai upaya pengentasan kemiskinan dan pengurangan angka pengangguran," katanya.
Selain itu ia menyebutkan, digelarnya kegiatan ini dengan mengambil sosok Muhammad Hatta sebagai tokoh penggerak koperasi serta UMKM diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi kita semua.
Sebagai generasi muda, hari kelahiran Bung Hatta dapat dijadikan motivasi untuk mengisi kemerdekaan dengan berbagai inovasi yang tentunya untuk menjadikan Sumbar dan Indonesia lebih maju ke depannya.
Potensi UMKM di Sumbar
Sementara itu Kepala Divisi Pemeringkatan UMKM dan Konsultasi Manajemen Perum Jamkrindo, Ceriandri Widuri menilai potensi UMKM yang ada di Sumatera Barat sangat tinggi, hal tersebut berangkat dari kebiasaan masyarakatnya yang terkenal sebagai wirausahawan.
"Orang Minang dikenal memiliki jiwa entrepreuneur yang tinggi, tidak hanya di kampung sendiri, di seluruh wilayah Indonesia dan bahkan luar negeri mereka dikenal memiliki jiwa pedagang," katanya.
Ia menyebutkan, dari tingginya potensi tersebut maka seluruh pengusaha UMKM itu membutuhkan pendampingan dalam pengelolaan usaha, terutama dalam hal pemodalan atau pembiayaan.
Menurut dia, sebagai lembaga pemerintah pihaknya berupaya membantu UMKM tersebut agar dapat naik kelas sehingga dapat memberikan dampak kepada masyarakat.
Beberapa persoalan yang umumnya dihadapi oleh para pengusaha UMKM adalah urusan pemodalan, ia menyebutkan banyak unit-unit usaha yang tidak dapat mengajukan pinjaman ke pihak bank karena terbentur beberapa persoalan.
Untuk mengatasi hal tersebut maka pihaknya memiliki fungsi intermediasi yang menjembatani kepentingan UMKM dengan lembaga keuangan, baik bank maupun non bank.
"UMKM yang akan kita bantu adalah mereka yang layak, tetapi tidak bisa memenuhi persyaratan dari perbankan,"
Dari data Jamkrindo, untuk wilayah Sumbar pada periode 1 Januari hingga 31 Juli 2018 volume penjaminan yang telah dilakukan mencapai Rp1.24 triliun, hal tersebut masih jauh dari target yang ditentukan, yaitu Rp1.8 triliun dengan jumlah UMKM yang dijamin sebanyak 40.500.
Sinergitas Banyak Pihak
Selain itu itu Irwan Prayitno menyebutkan, kemajuan UMKM tidak terlepas dari ada adanya sinergitas dari berbagai pihak, apabila sinergitas antara pemangku kepentingan dengan pelaku UMKM dapat berjalan dengan baik, maka akan tercipta UMKM yang berkelas.
Beberapa pihak yang hendaknya saling bersinergi adalah pemerintah, akademisi, komunitas atau lembaga, media serta pelaku bisnis atau UMKM.
Kelima pihak tersebut memiliki peran yang penting dalam upaya memajukan serta menciptakan UMKM yang berkelas sehingga berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat.
Ia mengharapkan agar UMKM yang ada di Sumbar memiliki daya saing, oleh sebab itu dibutuhkan berbagai upaya untuk dapat mencapai hal tersebut.
Menurutnya, sudah menjadi tugas bersama bagaimana cara meningkatkan mutu pruduk, menciptakan inovasi serta meningkatkan promosi agar produk itu dapat masuk ke pasar internasional.
Selain itu ia menilai produk UMKM menjadi salah satu penunjang dari aktifitas pariwisata di Sumbar. Sebab setiap wisatawan yang datang berkunjung membutuhkan buah tangan untuk dibawa ke daerah mereka masing-masing.
"Pariwisata dan UMKM saling mendukung, setiap wisatawan membutuhkan buah tangan dengan ciri khas daerah tersebut," katanya. (*)
Memperingati kelahiran Hatta dan memajukan UMKM Sumbar
UMKM yang akan kita bantu adalah mereka yang layak, tetapi tidak bisa memenuhi persyaratan dari perbankan