Pakar: masih banyak bangunan rumah tidak memenuhi standar ramah gempa

id ramahgempa

Pakar: masih banyak bangunan rumah tidak memenuhi standar ramah gempa

Pakar gempa Badrul Mustafa. (Antara Sumbar/Ikhwan Wahyudi)

Dengan tidak robohnya bangunan tersebut, maka kemungkinan orang yang berada di dalam bangunan tersebut selamat
Padang, (Antaranews Sumbar) - Pakar gempa Universitas Andalas (Unand) Padang Dr Badrul Mustafa mengemukakan membuat bangunan yang ramah gempa di daerah rawan akan dapat meminimalkan korban jiwa.

"Gempa itu bisa dibilang jarang membunuh, yang membunuh itu umumnya bangunan, tapi juga tidak semua bangunan yang roboh," kata dia di Padang, Kamis.

Menurutnya jika bangunan dibangun sesuai standar yang ditetapkan oleh Kementerian PU, dipastikan tidak roboh dan paling maksimal hanya rusak ringan atau sedang.

"Bangunan yang tidak roboh dihantam gempa dengan dampak sampai IX MMI dapat disebut ramah gempa," kata dia.

Ia menekankan bangunan ramah gempa bukan berarti bangunan tersebut tidak rusak oleh gempa besar, tapi tidak roboh.

"Dengan tidak robohnya bangunan tersebut, maka kemungkinan orang yang berada di dalam bangunan tersebut selamat," katanya.

Ia melihat bangunan yang roboh oleh gempa, yang kemudian menimbulkan korban jiwa, umumnya tidak memenuhi standar.

"Dimana saja gempa terjadi, umumnya bangunan yang roboh adalah yang tidak memenuhi standar, ada bangunan beton tembok tapi tidak punya tulangan, atau ukuran dan jenis tulangannya tidak sesuai," kata dia.

Ia menceritakan Sumatera Barat pada 2009 dilanda gempa hebat dengan kekuatan 7,9 SR tapi karena episentrumnya dekat ke kota Padang dan Pariaman, maka intensitasnya sampai VIII MMI.

"Dari hasil penelitian diketahui bahwa semua bangunan yang roboh akibat gempa tersebut tidak memenuhi standar yang berlaku," katanya.

Sejak saat itu pemerintah bekerja sama dengan para pakar dan aktivis/lembaga Pengurangan Risiko Bencana (PRB) memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya mitigasi salah satunya membuat bangunan ramah gempa.

Akan tetapi ia mendapatkan informasi dari mahasiswa dan dosen Jurusan Teknik Sipil Unand yang melaksanakan KKN Tematik Kebencanaan di sebuah desa di Pariaman, masih ditemukan bangunan yang tidak memenuhi standar, padahal desa tersebut banyak yang hancur waktu gempa 2009.

"Ternyata setelah ditelusuri ada sebagian masyarakat yang membangun rumah tidak melalui orang yang kompeten dan semuanya diserahkan kepada tukang sehingga tidak sesuai standar," katanya. (*)