Minyak jatuh akibat sengketa perang dagang AS dengan Tiongkok

id Harga Minyak

Minyak jatuh akibat sengketa perang dagang AS dengan Tiongkok

Ilustrasi, harga minyak. (Antara)

New York, (Antaranews Sumbar) - Harga minyak jatuh sekitar tiga persen pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena sengketa perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok meningkat lebih lanjut dan setelah data impor Tiongkok menunjukkan perlambatan dalam permintaan energi.

Patokan internasional, minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober merosot 2,37 dolar AS atau 3,17 persen, menjadi menetap di 72,28 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Sementara itu, minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September turun 2,23 dolar AS atau 3,22 persen, menjadi ditutup pada 66,94 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, setelah mencapai terendah sejak 22 Juni di 66,32 dolar AS.

Tiongkok menerapkan tarif tambahan sebesar 25 persen pada impor senilai 16 miliar dolar AS atas barang-barang AS mulai dari bahan bakar dan produk baja hingga mobil dan peralatan medis.

Perang dagang yang meningkat telah mengguncang pasar global. Investor khawatir perlambatan potensial dari dua ekonomi terbesar dunia itu akan memangkas permintaan untuk komoditas.

"Perang perdagangan AS-Tiongkok akan memburuk, dan dampaknya terhadap harga minyak akan bertahap sesuai perkembangan situasi," kata Abhishek Kumar, analis energi senior di Interfax Energy di London.

"Minyak mentah dan produk olahan yang dipengaruhi oleh tarif tambahan yang akan mengurangi daya saing mereka di pasar Tiongkok."

Impor minyak mentah Tiongkok sedikit pulih pada Juli setelah mencatat dua penurunan bulanan berturut-turut, tetapi tetap rendah karena penurunan permintaan dari kilang-kilang independen yang lebih kecil.

Pengiriman ke pengimpor minyak mentah terbesar dunia bulan lalu naik menjadi 8,48 juta barel per hari dari 8,18 juta barel per hari setahun sebelumnya dan 8,6 juta barel per hari pada Juni, menurut data pabean. Namun, impor Juli masih yang terendah ketiga sejauh tahun ini.

Juga membebani harga, laporan Badan Informasi Energi AS (EIA) bahwa persediaan minyak mentah turun hanya 1,4 juta barel dalam seminggu terakhir, kurang dari setengah yang diperkiraan para analis 3,3 juta barel.

Stok bensin mencatat kenaikan mengejutkan 2,9 juta barel, bukan penurunan 1,7 juta barel yang diprediksi para analis dalam jajak pendapat Reuters.

"Peningkatan produk dominan membebani seluruh kompleks energi," kata Anthony Headrick, analis pasar energi di perusahaan pialang CHS Hedging LLC.

Harga menarik beberapa dukungan dari sanksi AS terhadap Iran, yang diberlakukan mulai Selasa (7/8) di berbagai sektor. Mulai November, Washington akan menargetkan sektor perminyakan di Iran, produsen nomor tiga di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Sebuah surat kabar Iran melaporkan bahwa Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif mengatakan rencana AS untuk mengurangi ekspor minyak Iran ke nol tidak akan berhasil. (*)