Wamen Esdm sebut geothermal sumber energi terbarukan paling hijau

id arcandra tahar

Wamen Esdm sebut geothermal sumber energi terbarukan paling hijau

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar (Antara Sumbar/ Mario Sofia Nasution)

Potensi kita besar pada 17 titik. Yang dikelola baru dua di Solok Selatan dan Kabupaten Solok. Masih ada 15 titik lagi, jangan sampai disia-siakan
Padang, (Antaranews Sumbar) - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan geothermal atau panas bumi merupakan sumber energi terbarukan yang paling hijau atau yang paling ramah lingkungan.

"Pemanfaatan sumber daya ini merupakan bentuk syukur kita karena di perut bumi ini ada geothermalnya," kata dia selepas memberikan kuliah umum di UNP di Padang, Jumat.

Menurut dia sumber daya ini seharusnya tentu harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk kemakmuran rakyat dan memperhatikan lingkungan.

"Apabila ada penolakan dan yang mengatakan geothermal ini dapat merusak lingkungan sebaiknya mempelajari kembali sumber daya ini dan cara pemanfataannya," kata dia.

Ia berencana setelah sumber daya geothermal ini menghasilkan tenaga listrik, pihaknya akan meminta PLN untuk membeli listrik tersebut.

"PLN nanti yang akan mendistribusikan listrik yang dihasilkan oleh geothermal tersebut," kata dia.

Sebelumnya Gubernur Sumbar Irwan Prayitno menyebutkan potensi panas bumi daerah itu yang mencapai 1.600 Mega Watt jangan disia-siakan karena bisa dimanfaatkan untuk pembangunan daerah.

"Potensi kita besar pada 17 titik. Yang dikelola baru dua di Solok Selatan dan Kabupaten Solok. Masih ada 15 titik lagi, jangan sampai disia-siakan," kata dia.

Ia menambahkan itu terkait penolakan sejumlah masyarakat terhadap eksplorasi panas bumi di Kabupaten Solok, sebagian besar karena tidak paham bahwa panas bumi adalah energi hijau yang tidak merusak lingkungan.

Energi panas bumi yang dieksplorasi diambil dari kedalaman hingga 1.500 meter. Air yang diambil akan dikembalikan lagi sehingga tidak menyentuh sama sekali air permukaan.

Hal itu mematahkan kecemasan masyarakat akan hilangnya air untuk kebutuhan sehari-hari dan air yang mengaliri lahan pertanian.

"Jika untuk alasan penolakannya merusak lingkungan hidup, saya paling depan membantahnya," lanjutnya. (*)