PWI Agam turut memperkenalkan tanaman hidroponik

id tanaman hidroponik,PWI Agam

PWI Agam turut memperkenalkan tanaman hidroponik

Admi (60) istri Ketua PWI Kabupaten Agam, sedang memanen selada di lokasi pengembangan sayur hidroponik di Jalan Diponegoro Monggong, Nagari Lubukbasung, Kecamatan Lubukbasung, Kabupaten Agam, Jumat (20/7). (ANTARA SUMBAR/Yusrizal)

Lubukbasung, (Antaranews Sumbar) - Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Lukman turut memperkenalkan tanaman hidroponik di daerah itu.

Ketua PWI Agam, Lukman di Lubukbasung, Jumat, mengatakan, mengembangkan tanaman hidroponik tidak memerlukan lahan yang cukup luas, dan bisa memanfaatkan pekarangan rumah yang ada.

Tanaman hidroponik yang ditanam pada media pipa, imbuhnya tidak memerlukan pestisida.

Ia menyebutkan, sejak beberapa bulan yang lalu dirinya telah mengembangkan sayur-sayuran hidroponik pada tiga meja dengan ukuran sekitar 4x4 meter dan jumlah 300 buah pot atau lubang sejak beberapa bulan yang lalu.

Dana awal untuk mengembangkan hidroponik itu sebesar Rp6 juta untuk membeli peralon, mesin pompa air, baja jaringan untuk media dan lainnya.

Sayur yang ditanam mengunakan hidroponik itu jenis selada dan saat ini sudah panen sekitar 35 pot.

Sedangkan 265 pot lainnya sudah tumbuh dengan usia 15 hari. "Berkemungkinan 25 hari lagi sayur selada itu sudah bisa panen," katanya.

Ia mengakui permintaan sayur hidroponik sangat banyak mulai dari rumah sakit, hotel, pedagang bakso dan lainnya.

Selada itu dijual dengan harga Rp5 ribu per rumpun, kangkung Rp3 ribu per rumpun dan lainnya.

"Ini peluang investasi yang menjanjikan karena pengembangan sayur hidroponik bisa dilakukan di perkarangan rumah," tegasnya.

Rencananya, wartawan Harian Singgalang ini akan mengembangkan hidroponik sebanyak 1.000 pot dengan menanam seluruh sayur yang ada di pasar tradisional di daerah itu seperti, kangkung, bayam merah, lobak sawi dan lainnya.

Dasar untuk mengembangkan sayur hidroponik ini karena meragukan sayur-sayuran yang dijual di pasar mengandung pertisida.

Sementara sayur hidroponik tidak menggunakan pestisida kimia. Sayur-sayuran itu tumbuh dan berkembang hanya memanfaatkan air yang diberi nutrisi.

Selain itu, pertumbuhan sayur memanfaatkan cahaya matahari dan tidak boleh terkena air hujan secara langsung.

"Apabila terkena air hujan maka sayur akan rusak. Untuk menghindari terkena hujan, sayur dilindungi dengan atap plastik," katanya.

Hidroponik merupakan budaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman.

Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan tanah. Hidroponik menggunakan air yang lebih efisien, jadi cocok diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air yang terbatas. (*)