Pengamat: keberadaan pusat objek wisata kunci pengembangan pariwisata daerah

id Herri

Pengamat: keberadaan pusat objek wisata kunci pengembangan pariwisata daerah

Guru besar ekonomi Unand, Prof Herri. (Antara Sumbar/MR Denya Utama)

Bila ini sudah diperkuat dan Padang memiliki satu ikon, wisatawan akan berulang datang dan terus bertambah
Padang, (Antaranews Sumbar) - Pengamat bidang manajemen ekonomi dan strategi dari Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumbar Prof Herri menilai keberadaan pusat objek wisata menjadi kunci pembangunan dan pengembangan pariwisata di daerah.

"Misalnya Monumen Nasional di Jakarta, patung Merlin di Singapura atau Liberty di Newyork menjadi titik awal kemajuan wisata pada wilayah tersebut," ujarnya di Padang, Selasa.

Dia mencontohkan di Padang, meski terus melakukan pengembangan dan pembangunan wisata ke arah pantai, namun titik atau pusat objeknya belum terlihat jelas.

Akibatnya kata dia wisatawan masih sulit menemukan ciri khas atau identitas dari Padang untuk dijadikan cendera mata dan dibawa pulang.

Seharusnya pemerintah setempat fokus menjadikan satu objek yang memiliki ciri khas berbeda dari tempat lainnya serta mewakili karakter masyarakat setempat.

Bila fokus pada pantai tentu harus ada satu pusat objek wisata yang nantinya menjadi "brand" atau merek Padang di pariwisata dunia.

Misalnya antara Monumen Merpati Perdamaian, Tugu IORA, Gunung Padang perlu dipertimbangkan salah satu menjadi ikon atau pusat objek tersebut.

Atau bila ingin menjadikan pantai Padang ikon wisata perlu penguatan di semua sektor misalnya membangun kereta gantung yang mengitari pantai atau naik bus tingkat sepanjang objek wisata.

Kemudian kegiatan nelayan seperti memukat dapat dijadikan wisata atau dibumbui dengan festival kebudayaan yang dikemas setiap waktu di lokasi tersebut.

"Bila ini sudah diperkuat dan Padang memiliki satu ikon, wisatawan akan berulang datang dan terus bertambah," ujar dia.

Imbasnya sektor lain akan menggeliat misalnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah akan berlomba membuat kerajinan bermotif pantai padang atau kereta gantung, kemudian makanan olahan yang dapat dijadikan buah tangan wisatawan.

Kemudian semakin banyaknya wisatawan yang datang tentu akan mendorong munculnya rumah makan dan pusat kuliner baru dan tentu investasi bertambah.

"Ini dapat terwujud bila pemerintah daerah bersatu dan fokus pada hal tersebut, bukan bersaing mendapatkan satu pengakuan," kata Herri yang juga Koordinator Kopertis X tersebut.

Intinya pemerintah harus memahami alasan pengunjung atau wisatawan datang ke daerah yang berputar pada "MICE" yakni Meeting atau rapat, Insentif atau investasi, Conference atau seminar, dan Ekshibition atau festival. (*)