Serikat Semen Asia Tenggara berkumpul di Padang

id semen

Serikat Semen Asia Tenggara berkumpul di Padang

Sebanyak 32 perwakilan Serikat Pekerja perusahaan semen di Asia Tenggara berkumpul di Padang untuk melaksanakan workshop yang diprakarsai Federasi Serikat Pekerja Ikatan Semen Indonesia (FSP ISI). Antara Sumbar/istimewa.    

Padang, (Antaranews Sumbar) - Sebanyak 32 perwakilan Serikat Pekerja perusahaan semen di Asia Tenggara berkumpul di Padang untuk melaksanakan workshop yang diprakarsai Federasi Serikat Pekerja Ikatan Semen Indonesia (FSP ISI).

Wakil Sekjen FSP ISI Lena Yuliana di Padang, Senin mengatakan pihaknya menggelar kegiatan workshop di Padang bertujuan untuk meningkatkan solidaritas pekerja di kalangan Industri Semen di kawasan Asia Tenggara.

"Kami akan membuat rencana aksi bersama untuk meningkatkan kondisi kerja pekerja semen agar menjadi lebih baik," ujarnya.

Workshopimenghadirkan pembicara Director Industri Material Industri All Global Union, Matthias Hartwich dan Regional Secretary untuk Asia Tenggara Annie Adviento.

Turut hadir Ketua Umum FSP ISI Widjajadi dan peserta sdari Indonesia, Filipina dan Thailand

Menurut Lena, pembicara dari Industri All Global Union dihadirkan karena FSP ISI berafiliasi ke organisasi tersebut.

Ketua Umum FSP ISI Widjajadi mengatakan, melalui workshop tersebut diharapkan adanya kesamaan cara pandang terkait kondisi bisnis persemenan di Indonesia, dan juga Filipina dan Thailand.

Widjajadi menyampaikan sejumlah kondisi yang dihadapi industri semen nasional, di antaranya, adanya kekuatan politik yang menekan industri semen dengan tetap mengundang investasi semen di Indonesia.

Hal ini kontradiktif dengan fakta bahwa produksi Semen Nasional sudah berlebih 40 juta ton, mereka menjual produk dengan harga murah yang notabene tidak bisa disaingi perusahaan nasional, katanya.

"Sementara perusahaan lokal berbenah di sisi biaya operasional dengan menurunkan 'fix cost' yang bermuara pada penurunan pada kesejahteraan yang diterima karyawan. Ini tidak hanya terjadi pada perusahaan semen swasta, namun juga BUMN," kata Widjajadi.

Industri semen saat ini, katanya, juga dihadapkan pada era digitalisasi yang tidak hanya merambah industri informasi.

"Dampak dari semua itu adalah, ke depannya pabrik semen adalah pengurangan tenaga kerja dan pengalihan kepada tenaga kontrak," katanya.

Kondisi seperti ini, kata Widjajadi, harus disikapi oleh pekerja industri semen dan yang paling penting adalah menyeimbangkan situasi dan memberi input kepada pemerintah sehingga kebijakan yang dikeluarkan tidak merugikan industri Semen yang sudah ada di Indonesia. (*)