Gelombang setinggi 3,5 meter berpotensi terjadi di perairan Sumbar, BMKG imbau waspada

id gelombang tinggi

Gelombang setinggi 3,5 meter berpotensi terjadi di perairan Sumbar, BMKG imbau waspada

Nelayan mencoba melewati gelombang tinggi. (Antara)

Jangan memaksakan jika tidak memungkinkan karena hal tersebut dapat membahayakan keselamatan
Padang, (Antaranews Sumbar) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Maritim Teluk Bayur, Kota Padang, Sumatera Barat mengimbau nelayan dan jasa transportasi laut agar mewaspadai gelombang tinggi mencapai 3,5 meter di sekitar wilayah perairan provinsi itu.

"Gelombang laut dengan tinggi satu hingga 3,5 meter berpotensi terjadi di Samudra Hindia Kepulauan Mentawai Hingga Samudra Hindia Barat Bengkulu," kata Prakirawan BMKG Maritim Teluk Bayur, Ari Widiastuti di Padang, Senin.

Ia menyebutkan gelombang hingga 2, 5 meter juga berpotensi terjadi di Perairan Siberut, Sipora, Pagai Kepulauan Mentawai dan Pulau Enggano Bengkulu beberapa hari ke depan.

"Gelombang maksimum dapat mencapai dua kali perkiraan itu," kata dia.

Oleh sebab itu ia mengimbau jasa transportasi laut agar berhati-hati ketika melintas di laut. Kemudian untuk nelayan juga diminta berhati-hati dan jika tidak memungkinkan maka melaut harus ditunda dahulu.

"Jangan memaksakan jika tidak memungkinkan karena hal tersebut dapat membahayakan keselamatan," tambahnya.

Selain itu untuk cuaca pelabuhan Teluk Bayur, BMKG memperkirakan kondisinya cerah berawan dengan tinggi gelombang 1,25 meter.

"Suhu udara di pelabuhan 24 hingga 32 derajat celsius daan kelembapan udara 56 sampai 78 persen," sebutnya.

Sementara cuaca di daratan pada Juli sering berubah-ubah yang disebabkan oleh peningkatan suhu muka laut Samudra Hindia menyebabkan penambahan suplai uap air sehingga terjadinya perubahan cuaca dari panas ke hujan terutama pada sore hari.

"Secara umum pada Juli cuaca Sumatera Barat didominasi berawan, namun karena peningkatan suhu, maka saat sore berpotensi terjadi hujan," kata Kepala Seksi Observasi dn Informasi BMKG Minangkabau Padang Pariaman, Yudha Nugraha.

Menurutnya suplai uap air merupakan bahan pembentuk hujan, ketika suhu panas Sumatera Barat maka suplai uap air di Samudra Hindia turut meningkat dan hingga terjadi hujan.

Biasanya, kata dia setelah hujan turun maka cuaca menjadi relatif lebih stabil sebagai proses untuk mengumpulkan uap air kembali hingga cukup menjadikannya hujan.

"Itulah sebabnya pada Juli ini kondisi cuaca Sumatera Barat yang dikategorikan berawan masih terdapat hujan," katanya. (*)