BI: tidak ada lonjakan harga signifikan pada komoditas pangan strategis saat lebaran

id inflasi

BI: tidak ada lonjakan harga signifikan pada komoditas pangan strategis saat lebaran

Pedagang melayani pembeli di Pasar Raya Padang, Jumat (22/6). (Antara Sumbar/Novia Harlina)

Meski pada Mei inflasi Sumbar meningkat, tekanan inflasi pada Ramadhan  tidak jauh berbeda dibandingkan Ramadhan  2017 yang mencapai 0,32 persen
Padang, (Antaranews Sumbar) - Bank Indonesia perwakilan Sumatera Barat menilai tidak terjadi lonjakan harga siginifikan pada komoditas pangan strategis saat Lebaran 1439 Hijriah di provinsi itu.

"Kalau dari hasil pengamatan di pasar-pasar alhamdulillah semua terkendali, tidak ada kenaikan harga yang berarti, memang ada satu atau dua komoditas namun itu wajar," kata Kepala BI perwakilan Sumbar Endy Dwi Tjahjono di Padang, Jumat usai halal bi halal bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah.

Menurut dia pada tahun ini saat Hari Raya inflasi terkendali dengan baik.

Sebelumnya Bank Indonesia perwakilan Sumatera Barat mencatat perkembangan harga di provinsi itu hingga pertengahan Ramadhan 1439 Hijriah relatif terkendali dengan inflasi berada pada angka 0,36 persen pada Mei 2018.

"Meski pada Mei inflasi Sumbar meningkat, tekanan inflasi pada Ramadhan tidak jauh berbeda dibandingkan Ramadhan 2017 yang mencapai 0,32 persen," kata Endy.

Menurut dia besaran inflasi pada Ramadhan 2018 juga masih di bawah rata-rata inflasi Ramadhan tiga tahun sebelumnya pada kurun 2014-2016 yang mencapai 0,76 persen.

Ia menyampaikan laju inflasi bulanan Sumbar pada Mei 2018 terutama disumbang oleh kenaikan harga kelompok pangan bergejolak volatile food dan kelompok inti.

Komoditas penyumbang inflasi tersebut yaitu cabai merah, bawang merah, dan daging ayam ras, kata dia.

Ia mengatakan inflasi pada komoditas tersebut terjadi karena masih terbatasnya pasokan di pasar.

Untuk produksi bawang merah di Alahan Panjang, Kabupaten Solok juga menurun karena masih dalam masa tanam, sehingga menyebabkan stok komoditas tersebut terganggu.

Sedangkan, kenaikan harga daging ayam ras disebabkan oleh berkurangnya pasokan di pasar, ujarnya.

Sumber tekanan inflasi utama berasal dari kelompok barang yang diatur pemerintah, khususnya dampak lanjutan kenaikan tarif angkutan udara seiring dengan masih berlangsungnya arus mudik dan balik .

Selain itu, permintaan terhadap komoditas pendidikan, khususnya pendaftaran dan keperluan sekolah diperkirakan meningkat seiring dengan masuknya periode tahun ajaran baru.

Kemudian meningkatnya permintaan masyarakat terhadap komoditas bahan pangan strategis menjelang Idul Fitri 2018 akan berimbas pada kenaikan harga kelompok pangan bergejolak, kata dia. (*)