Perkembangan baik dan kesehatan bagus, Sopi Rantang akan dilepasliarkan

id Harimau Sumatera,Anak Harimau Sumatera,Sopi Rantang,BKSDA Sumbar

Perkembangan baik dan kesehatan bagus, Sopi Rantang akan dilepasliarkan

(ANTARA FOTO)

Padang, (Antaranews Sumbar) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat segera melepasliarkan seekor anak harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang diberi nama "Sopi Rantang" yang direhabilitasi di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya.

"Harimau ini terperangkap di Nagari Koto Rantang, Palupuah, Kabupaten Agam pada pertengahan April 2018 dan saat ini kondisinya sehat dan sudah layak dilepasliarkan rencananya awal Juni 2018," kata Kepala BKSDA Sumatera Barat, Erly Sukrismanto di Padang, Jumat.

Menurutnya selama direhabilitasi, harimau betina dengan umur diperkirakan kurang dari dua tahun itu menunjukan perkembangan yang baik dan kondisi kesehatannya juga bagus serta daya juang di alam tidak ada permasalahan.

Lokasi pelepasliaran harimau itu, lanjutnya sedang dirundingkan dengan melibatkan pakar-pakar lingkungan dan untuk rencana awal di hutan konservasi Rimbo Panti Kabupaten Pasaman.

Ia menyampaikan saat ini "Sopi Rantang" juga sedang bunting satu bulan, namun hal tersebut tidak menghalangi proses pelepasliarannya ke hutan.

"Pemilihan lokasi pelepasliaran juga mempertimbangkan aspek keamanan bagi masyarakat sekitar," kata dia.

Kemudian terkait seringnya konflik antara manusia dan harimau karena wilayah jelajah harimau yang semakin sedikit dan mangsanya juga tidak ada sehingga mereka masuk ke pemukiman masyarakat.

Wilayah jelajah harimau cukup luas untuk berburu, mencapai 60 kilometer persegi, sebutnya sehingga ketika tempat berburunya sudah semakin kecil atau rusak, maka mereka akan mencari alternatif dan terjadilah konflik tersebut.

Kemudian, misalnya pada 10 tahun lalu tempat tersebut adalah hutan, namun saat ini beralih fungsi menjadi pemukiman atau ladang penduduk, maka satu waktu harimau pasti akan kembali lagi ke tempat itu.

Erly menyebutkan potensi konflik harimau dan manusia banyak di Kabupaten Pesisir Selatan dan Agam karena populasinya berada di wilayah itu.

Untuk penanganan konflik ini, BKSDA biasanya melihat situasi, ada masanya dilakukan pengusiran atau pemindahan lokasi dan juga dipasang perangkap.

"Kami ingin kalau ada satwa mengganggu, jangan sampai ada yang dibunuh karena satwa dibutuhkan dalam kelangsungan kehidupan di bumi," tambahnya.

Ia juga mengimbau masyarakat agar tidak mengikat hewan peliharaannya di pinggir hutan, sehingga ketika ada harimau yang hendak memangsa, mereka tidak bisa lari. (*)