Kasus gizi buruk tak perlu didiamkan, kata bupati

id gizi buruk

Kasus gizi buruk tak perlu didiamkan, kata bupati

Penderita gizi buruk. (FOTO ANTARA SUMBAR/Iggoy el Fitra)

Kasus gizi buruk ini merupakan masalah klasik bagi saya, kita kan sudah membuka peran dan peluang mestinya mereka melaporkan kepada petugas kesehatan yang ada dalam rangka Rejang Lebong sehat,
Rejang Lebong, (Antaranews Sumbar) - Kasus gizi buruk menimpa beberapa Balita di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu tidak perlu didiamkan atau disembunyikan, kata Bupati setempat Ahmad Hijazi.

"Kasus gizi buruk ini merupakan masalah klasik bagi saya, kita kan sudah membuka peran dan peluang mestinya mereka melaporkan kepada petugas kesehatan yang ada dalam rangka Rejang Lebong sehat," katanya di Rejang Lebong, Sabtu.

Dalam program Kabupaten Rejang Lebong sehat ini, tambah dia, bukan hanya fokus menangani kasus gizi buruk tetapi semua warga daerah itu harus sehat.

Untuk itu, kalangan warga yang memiliki keluarganya menderita gizi buruk agar segera lapor kepada petugas kesehatan di Puskesmas terdekat, di samping itu Kabupaten Rejang Lebong juga sudah memiliki petugas Germas yang berada di setiap dusun dan kelurahan.

"Jangan malu untuk datang ke Puskesmas, karena saat ini sudah diberlakukan program berobat gratis. Tetapi kenapa masih ada penderita gizi buruk, itu karena kurangnya perhatian orang tua terhadap pertumbuhan anaknya," jelas Ahmad Hijazi.

Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya peran PKK dalam membantu keluarga dalam menangani kasus gizi buruk, di mana kasus ini muncul akibat kurangnya asupan yang diberikan kepada anak balita, sebagai akibat ketidak mampuan dalam bidang ekonomi.

Kalangan warga yang berdiam di pedesaan bisa memanfaatkan pekarangan rumah mereka masing-masing untuk tanami sayuran-sayuran, buah-buahan maupun tanaman lainnya yang bisa menghasilkan bahan pangan.

Sebelumnya RSUD Curup terhitung sejak Januari sampai awal Mei lalu telah merawat lima orang balita yang menderita gizi buruk, kalangan anak penderita gizi buruk ini bukan murni namun kebanyakan disebabkan penyakit penyerta, kendati demikian jumlahnya sudah menyamai dengan kasus gizi buruk selama 2017 lalu yakni sebanyak lima kasus.(*)