Ini penilaian LIPI terhadap agenda reformasi di Indonesia

id Firman Noor

Ini penilaian LIPI terhadap agenda reformasi di Indonesia

Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Firman Noor. (Antara)

Penegakan hukum juga masih terasa tebang pilih dan tidak tuntas yang kerap menimbulkan tanda tanya besar. Korupsi juga masih cukup masif, begitu pula pengangguran dan pelemahan daya beli masyarakat masih terus terasa terutama di pedesaan
Jakarta, (Antaranews Sumbar) - Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P LIPI) Firman Noor menilai masih ada gap atau celah dalam mewujudkan agenda reformasi lantaran adanya praktik yang bertolak belakang dengan cita-cita reformasi.

"Masih ada gap antara cita-cita atau agenda dari upaya reformatif, yang bertujuan menegakkan martabat kehidupan bangsa, dengan beragam praktik yang bertolak belakang dengan cita-cita itu," ujar Firman Noor dalam acara Seminar Nasional 20 Tahun Reformasi bertajuk "2 Dekade Reformasi: Quo Vadis Politik Yang Bermanfaat" di Gedung LIPI, Jakarta, Selasa.

Firman mengatakan dalam era 20 tahun reformasi, proses dan upaya pembenahan menuju bangsa bermartabat telah memberi beragam dampak kompleks bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Berbagai kemajuan sudah demikian terasa, seperti kebebasan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik, supremasi sipil atas militer serta desentralisasi yang telah memberikan kesempatan luas bagi daerah dalam membangun politik di aras lokal.

Namun demikian, kata dia, tidak dapat dipungkiri bahwa pelaksanaan demokrasi saat ini justru dibajak segelintir orang yang mengukuhkan sendi-sendi oligarki, sebagaimana terjadi di masa lampau.

"Penegakan hukum juga masih terasa tebang pilih dan tidak tuntas yang kerap menimbulkan tanda tanya besar. Korupsi juga masih cukup masif, begitu pula pengangguran dan pelemahan daya beli masyarakat masih terus terasa terutama di pedesaan," ujar Firman.

Dia juga mencermati masalah keamanan dan potensi konflik serta pelanggaran HAM yang masih terjadi. Hal tersebut menyebabkan Indonesia dengan potensi besarnya justru tertinggal di tingkat regional maupun global. (*)