Padang perkuat program BKBHI atasi persoalan kekurangan gizi pada anak

id Heryanto Rustam

Padang perkuat  program BKBHI atasi persoalan kekurangan gizi pada anak

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Heryanto Rustam (tengah). (Dok pribadi)

Sosialisasi ini terus dilakukan dan mencakup ke seluruh kecamatan dan kelurahan
Padang, (Antaranews Sumbar) - Pemerintah Kota Padang, Sumatera Barat memperkuat peranan program Bina Keluarga Balita Holistik Integratif (BKBHI) guna mengatasi persoalan kekurangan gizi pada anak.

"Maraknya persoalan kekurangan gizi di Indonesia perlu disikapi dengan upaya pencegahan sejak dini. Melalui program itu ibu dan kader posyandu dapat dididik," kata Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Pemkot Padang Heryanto Rustam di Padang, Senin.

Salah satu upaya yang terus didorong untuk memperkuat program itu melalui sosialisasi kepada ibu dan kader posyandu sebagai tombak pelaksanaannya.

Nilai penting yang perlu diperkuat yakni keterlibatan orang tua dalam tumbuh kembang anak seminimal mungkin hingga dua tahun yang dinilai pada masa perubahan yang dinamis.

Dari segi pemberian nutrisi makanan, orang tua harus berperan aktif menentukan asupan yang merujuk pada kesehatan dan keaktifan anak.

Pada periode tersebut kata Heryanto anak harus diberikan ASI secara penuh karena, dalam kandungan ASI terdapat berbagai nutrisi yang efektif untuk perkembangan anak.

Hal ini sesuai dengan No.52 Tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga untuk terpenuhinya kebutuhan esensial anak secara utuh.

Serta Peraturan Presiden No.60 Tahun 2013 tentang perlunya pengembangan anak usia dini Holistik Integratif agar tumbuh berkembang secara optimal.

"Sosialisasi ini terus dilakukan dan mencakup ke seluruh kecamatan dan kelurahan," kata dia.

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Padang Feri Mulyani mengatakan penderita gizi buruk dan kekurangan gizi tahun lalu mencapai 61 kasus.

Menurutnya sebagian kasus terjadi karena kurang optimalnya pemberian nutrisi kepada anak hingga dua tahun oleh orang tua.

Untuk itu dia mengajak bersama semua warga untuk memperhatikan tumbuh kembang anak sejak usia dini khususnya asupan nutrisi. ***4**