Padang Pariaman manfaatkan cagar budaya untuk pariwisata

id Cagar Budaya Padang Pariaman

Padang Pariaman manfaatkan cagar budaya untuk pariwisata

Sekretaris Daerah Padang Pariaman, Jonpriadi. (ANTARA SUMBAR/Aadiaat M S)

Parit Malintang, (Antaranews Sumbar) - Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar), memanfaatkan potensi cagar budaya di daerah tersebut untuk pariwisata.

Sekretaris Daerah Kabupaten Padang Pariaman, Jonpriadi di Parit Malintang, Jumat, ada 25 cagar budaya di daerah itu yang terdaftar di Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumbar dan sekitar 15 hasil kebudayaan lagi sedang diusahakan untuk menjadi cagar budaya yang dilindungi.

"Namun jumlah yang ditemukan tersebut dinilai masih sedikit karena masih banyak cagar budaya yang belum terdata," ujarnya.

Menurutnya cagar budaya di daerah itu layak untuk dijadikan objek wisata. Adapun cagar budaya di daerah itu yang telah menjadi objek wisata yaitu di antaranya Makam Syekh Burhanuddin di Kecamatan Ulakan Tapakis.

"Yang mana cagar budaya ini akan terus dikembangkan guna meningkatkan pendapatan warga setempat," ujarnya.

Selain itu, Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman juga tengah merenovasi "rumah putiah" atau rumah putih yang merupakan bangunan bekas kediaman Belanda.

Lokasi rumah putiah tersebut berdekatan dengan objek wisata Lubuk Bonta yaitu di Nagari Kapalo Hilalang, Kecamatan 2x11 Kayu Tanam.

Di depan rumah putiah tersebut juga dibangun kolam pemandian sehingga ketika wisatawan ke sana tidak saja mengunjungi rumah peninggalan Belanda itu namun juga bisa berenang.

Sebelumnya, Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permusiuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Harri Widianto mengatakan banyak nilai dan manfaat yang dapat diambil dengan adanya cagar budaya.

"Nilai-nilai tersebut bisa untuk pendidikan dan memperkenalkan kebudayaan leluhur kepada generasi muda," kata dia di Padang Pariaman, Senin.

Dengan memperkenalkan kebudayaan kepada generasi muda maka dapat meminimalisir pengaruh budaya barat yang merusak karakter anak akibat globalisasi.

Selain itu, lanjutnya dengan dilestarikannya kebudayaan maka dapat dimanfaatkan untuk pariwisata sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di kawasan cagar budaya. (*)