Ternyata angka kelahiran di Indonesia terus turun

id bkkbn

Ternyata angka kelahiran di Indonesia terus turun

Sekretaris Utama BKKBN, Nofrijal (tengah) menghadiri pertemuan BKKBN dengan kemitraan bersama media cetak dan elektronik tingkat Provinsi Sumatera Barat 2018. (Antara Sumbar/Novia Harlina) (c)

Padang, (Antaranews Sumbar) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI menyatakan tren angka kelahiran total Indonesia terus mengalami penurunan sejak 1991 hingga 2017.

"Secara umum jumlah kelahiran terus menurun, ini merupakan salah satu kabar baik agar terwujudnya masyarakat yang sejahtera," kata Sekretaris Utama BKKBN, Nofrijal di Padang, Sabtu.

Ia menyampaikan hal tersebut dalam kegiatan pertemuan BKKBN dengan kemitraan bersama media cetak dan elektronik tingkat Provinsi Sumatera Barat 2018.

Pada 1991, sebutnya angka kelahiran mencapai tiga persen, 1994 turun menjadi 2,9 persen, 1997 2,8 persen, 2002 hingga 2012 stagnan di 2,6 persen dan 2017 turun hingga 2,4 persen.

Menurut dia turunnya tren angka kelahiran tersebut berbanding lurus dengan peningkatan penggunaan kontrasepsi, yakni pada 1991 pemakaiannya 50 persen.

Kemudian pada 1994 naik menjadi 55 persen, 1997 57 persen, 2002-2003 60 persen, 2007 61 persen 2012 62 persen dan 2017 64 persen.

Pada 2017, lanjutnya jumlah penduduk Indonesia 261,9 juta jiwa, terdiri atas 131,6 juta laki-laki dan 130,3 juta perempuan dengan laju pertumbuhan penduduk 1,24 persen per tahun.

"Jadi saat ini jumlah laki-laki lebih banyak dari pada perempuan," kata dia.

Nofrijal mengemukakan untuk jangka panjang BKKBN menargetkan tingkat pemakaian kontrasepsi sebesar 60,5 persen.

Upaya mencapai sasaran tersebut, kata dia, dijalankan dengan melaksanakan berbagai kegiatan prioritas diantaranya pengintegrasian kebijakan pengendalian penduduk ke dalam pembangunan sosial budaya, ekonomi, dan lingkungan.

Kemudian dengan mengembangkan dan memaksimalkan kampung keluarga berencana sesuai dengan nawacita pemerintah yang ketiga, yakni membangun masyarakat mulai dari pinggiran, desa atau daerah yang selama ini luput dari perhatian.

"Masih banyak warga yang belum menjadi peserta KB, banyak keluarga miskin, dan belum merata mendapatkan sentuhan pembangunan dari pemerintah," tambahnya.