Ini penyebab produksi kelapa di Sumbar tidak maksimal

id Produksi kelapa sumbar,Gapperindo Sumbar,Ketua Gapperindo Sumbar Irman

Ini penyebab produksi kelapa di Sumbar tidak maksimal

(ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/ed/Spt/14)

Padang, (Antaranews Sumbar) - Perkebunan kelapa di Sumatera Barat perlu diremajakan karena sudah berusia tua, rata-rata 40 sampai 50 tahun, sehingga produksinya tidak maksimal, kata Ketua Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (Gapperindo) provinsi setempat, Irman.

"Peremajaan dibutuhkan agar produksi komoditas itu lebih besar apalagi permintaannya terus meningkat," katanya di Padang, Kamis.

Ia menyebutkan produksi kelapa di Sumbar setiap tahunnya sekitar 84 ribu ton dengan luas tanam lebih kurang 95.000 hektare, produksi itu tidak bertambah signifikan hanya berkisar 1.000 ton sehingga diperlukan langkah pemerintah untuk menambah luas tanam.

Selain peremajaan, lanjutnya juga diperlukan upaya perluasan areal tanam kebun kelapa untuk mendongkrak produksi.

Kelapa diremajakan jika telah berumur lebih dari 40 hingga 50 tahun, juga dilakukan pada pohon kelapa tidak produktif.

Untuk 2018, setidaknya peremajaan dilakukan pada 500 hektare perkebunan kelapa dengan kebutuhan bibit 65.000.

"Kalau diremajakan tahun ini, sekitar enam hingga tujuh tahun mendatang produksinya akan maksimal kembali," ujarnya.

Irman menyebutkan pabrik pengolahan tepung santan banyak melakukan permintaan kelapa. "Permintaan kelapa dari konsumen rumah tangga dari Sumbar dan Riau," imbuhnya.

Harga kelapa mengalami naik sejak banyaknya permintaan pabrik dalam negeri dan Tiongkok. Sementara pemasaran tepung kelapa tidak hanya di kawasan Asia bahkan sudah ke Eropa.

Untuk harga kelapa butiran saat ini, yakni 2016 Rp2.708 per kilogram, 2017 rata-rata Rp3.950 per kilogram dan Maret 2018 Rp4.200 per kilogram ditingkat produsen atau petani.

"Kalau di pasar tradisional biasanya dijual sekitar Rp5.000 hingga Rp6.000 per butir," katanya.

Selain itu ia juga mengimbau petani mengolah kelapa menjadi produk unggulan seperti Virgin Coconut Oil (VCO), Desicated Coconut (DC), Coconut Milk/Cream (CM/CC), Coconut Charcoal (CCL), Activated Carbon (AC), dan Brown Sugar (BS).

"Karena produk turunan itu dapat meningkatkan pendapatan petani lima sampai 10 kali lipat dibanding hanya menjual butiran kelapa," tambahnya.

Sebelumnya Kepala Bidang Perkebunan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Sumbar Akhirudin mengakui secara umum areal tanam kelapa di Sumbar terus berkurang karena adanya alih fungsi lahan dengan komoditas lain serta berkembangnya permukiman penduduk.

Untuk itu, pemerintah terus berupaya meningkatkan kembali produksi kelapa di Sumatera Barat dan salah satunya melalui pemberian bantuan bibit kepada masyarakat yang anggarannya bersumber dari APBD provinsi.

"Kelapa di daerah ini rata-rata berusia tua sehingga perlu dilakukan peremajaan agar produksinya tetap terjaga. Pada 2017, kami sudah memberikan bantuan sekitar 15 ribu bibit kelapa untuk areal tanam seluas 120 hektare," kata dia.