Langkah Solok tekan kasus gizi buruk

id Gizi Buruk

Langkah Solok tekan kasus gizi buruk

Ilustrasi - Petugas kesehatan memberikan perawatan kepada sejumlah anak penderita gizi buruk dari kampung Warse, Distrik Jetsy di RSUD Agats, Kabupaten Asmat, Papua, Senin (22/1). Sebanyak 15 anak dievakuasi menuju Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Agats untuk diberikan perawatan dan pengobatan. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/aww/18.)

Arosuka, (Antaranews Sumbar) - Dinas Kesehatan Kabupaten Solok, Sumatera Barat, mencoba menekan kasus gizi kurang dan gizi buruk pada balita di daerah tersebut dengan pemberian makanan tambahan (PMT), makanan pendamping ASI (MP-ASI), dan konseling puskesmas.

"Pada 2017 ditemukan sebanyak 16 kasus anak bawah lima tahun (balita) penderita gizi buruk, 10 anak sudah terintefensi (sudah ditangani) dan kembali ke gizi sedang. 2018, sisa enam balita gizi buruk dan ditambah dua anak, sekarang hanya tersisa empat balita gizi buruk dengan penyakit penyerta," kata Kepala Dinas Kesehatan setempat Sri Efianti di Arosuka, Senin.

Ia mengatakan ada beberapa kasus balita yang menderita gizi buruk dengan penyakit penyerta seperti kelumpuhan, sakit jantung, dan lainnya sulit untuk memulihkan berat badannya sesuai normal.

Penyebab balita gizi buruk dimulai dari awal kehamilan ibu, ibu anemia, tidak mendapatkan asupan gizi yang baik. Selain itu, setelah lahir jika tidak dapat pemberian ASI eksklusif, asupan gizi tidak seimbang, pola asuh yang tidak baik.

Serta adanya penyakit penyerta seperti TBC, Cacingan atau penyakit kelainan bawaan seperti jantung juga akan menimbulkan gizi buruk.

Kebanyakan balita dari keluarga miskin kemungkinan karena kesulitan ekonomi menyebabkan orang tua tidak dapat memenuhi kebutuhan asupan gizi anak.

Namun penyebab terjadinya kasus gizi buruk pada anak dari keluarga lainnya kemungkinan karena kurang memahami pola konsumsi makanan yang sehat bagi anak oleh orang tuanya.

Ia menyebutkan selain karena kemiskinan dan kurangnya pengetahuan orang tua, penyebab lain bisa saja terjadi infeksi penyakit pada anak sehingga menyebabkan kurangnya asupan makanan.

Seorang balita dikatakan gizi buruk dan kekurangan gizi jika berat badannya tidak sesuai kriteria umur dan tingginya dengan ciri badannya terlihat kurus.

Nantinya, semua tumbuh kembang anak dipantau secara teratur mulai kunjungan neonatal secara berkelanjutan, salah satunya melalui posyandu.

Ia mengatakan untuk penderita gizi buruk akan langsung diberikan PMT Pemulihan dan konseling puskesmas. Gizi buruk kategori keluarga miskin diberikan MP-ASI dilanjutkan dengan PMT pemulihan puskesmas, kemudian konseling, perubahan pola asuh, dan perbaikan sanitasi.

Gizi buruk dengan tanda marasmus kwasiorkor dirujuk ke Rumah Sakit, pasca dari Rumah sakit dirawat dengan MP-ASI atau PMT.

Sedangkan untuk balita yang terdeteksi penderita kekurangan gizi yang berat badannya kurus diberikan bantuan susu bagi keluarga yang kurang mampu.

Untuk mengantisipasi balita kekurangan gizi dan gizi buruk Dinkes Solok berupaya memberikan kegiatan inovatif seperti kelas gizi, kelas ibu dan anak yang dilaksanakan oleh puskesmas.

"Kegiatan ini untuk memberikan sosialisasi dan pemahaman kepada ibu tentang perlunya gizi yang baik untuk pertumbuhan balita," katanya. (*)