Gapperindo nilai ada permainan tentukan harga gambir

id Gambir

Gapperindo nilai ada permainan  tentukan harga gambir

Gambir (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra )

Ada pihak tertentu yang diduga menginginkan keuntungan besar dengan modus terlebih dahulu memberikan pinjaman kepada petani gambir,
Padang, (Antaranews Sumbar) - Tidak stabilnya harga gambir di Sumatera Barat dari tahun ke tahun disinyalir karena dipermainkan pihak tertentu, kata Ketua Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (Gapperindo) provinsi itu, Irman.

"Ada pihak tertentu yang diduga menginginkan keuntungan besar dengan modus terlebih dahulu memberikan pinjaman kepada petani gambir," katanya di Padang, Minggu.

Ia menyebutkan pada 2016 harga gambir tertinggi Rp55.000 per kilogram, 2017 Rp105.000 per kilogram, dan Maret 2018 harga gambir anjlok menjadi Rp19.000 per kilogram di tingkat petani.

Menurutnya harga gambir yang tinggi pada 2017 disebabkan oleh adanya wacana PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) akan membeli gambir rakyat dengan harga yang lebih baik sehingga pihak yang mempermainkan harga tersebut cemas dan menaikkan harga gambir.

Namun hingga saat ini, wacana tersebut belum dapat terealisasi secara optimal yang menyebabkan harga gambir menjadi tidak menentu.

Masuknya pihak yang menginginkan keuntungan besar itu langsung ke lokasi sentra gambir seperti di Kabupaten Limapuluh Kota dan Pesisir selatan sudah diketahui banyak pihak.

"Namun petani terdesak uang sehingga mau menerima tawaran tersebut," ujar Irman.

Ia menyampaikan hal tersebut setelah melakukan evaluasi dan juga laporan dari produsen kelembagaan gambir yang ada di daerah sentral.

Gapperindo mengakui hal ini terjadi juga karena tidak adanya regulasi yang mengatur tata cara jual beli komoditas tersebut apalagi untuk pihak yang akan mengekspor.

Mereka memanfaatkan kondisi regulasi ini, sehingga membeli gambir dengan harga rendah, kemudian mengekspor ke negaranya juga dengan murah. Tidak sampai di situ pihak tersebut kembali mengekspor gambir itu ke Eropa dengan harga yang tinggi.

Mestinya gambir sebagai komoditi unggulan Sumbar mempunyai perlindungan, sehingga harganya pemerintah dan pihak terkait yang menentukan, bukan pembeli, kata dia.

"Kami mengharapkan PT PPI menjadi lembaga penyangga harga gambir sama halnya seperti Bulog di komoditas beras sehingga petani akan terlindungi," tambahnya.

Sementara Ketua Umum Asosiasi Komoditi Gambir Indonesia (AKGI) Ramal saleh menyebutkan produksi gambir Sumbar saat ini dalam sebulan mencapai 1.000 ton, diolah oleh 1.700 penempa.

Ekspor gambir Indonesia lebih dari 80 persennya berasal dari Sumbar, dengan rincian sekitar 70 persen dari Kabupaten Limpuluh Kota, dan 30 persen dari Kabupaten Pesisir Selatan. (*)