Masjid ramah lingkungan tengah disiapkan konsepnya oleh Pemkab Musi Banyuasin

id masjid

Masjid ramah lingkungan tengah disiapkan konsepnya oleh Pemkab Musi Banyuasin

Gambar rencana Masjid. (ANTARA SUMBAR/Joko Nugroho)

Bangunan masjid ramah lingkungan itu menggunakan atap limas sebagai ciri khas rumah tradisional masyarakat kabupaten ini dengan tinggi 17 meter, sedangkan tinggi bangunan lima meter dan luas tempat salat 30 x 30 meter berkapasitas 1.200 jemaah yang m
Musi Banyuasin, Sumsel, (Antaranews Sumbar) - Rencana pembangunan masjid ramah lingkungan pertama di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel) tengah disiapkan konsepnya oleh Pemkab setempat.

Masjid itu segera dibangun di Desa Tanah Abang, Kecamatan Batang Hari Leko terintegrasi dengan ecopark yang diharapkan bisa dikembangkan ke seluruh wilayah lainnya, kata Plt Kadiskominfo Musi Banyuasin, Dicky Meiriando, di Sekayu, Minggu.

Dia menjelaskan, konsep dan rencana pembangunan masjid ramah lingkungan itu diungkapkan pada acara silaturahmi Plt Bupati Musi Banyuasin Beni Hernedi dengan pemangku kepentingan dan masyarakat di kantor camat Batang Hari Leko, Jumat (23/3).

Masjid tersebut akan dibangun dengan mengangkat konsep perpaduan tradisional dan modern dengan mengedepankan prinsip praktis, ekonomis, dan juga akrab dengan perkembangan teknologi.

"Bangunannya berbentuk tradisional, namun semua fasilitas masjid akan menggunakan pendekatan teknologi modern, ramah lingkungan, dan hemat biaya," ujarnya pula.

Menurut dia, pembangunan masjid yang diperkirakan membutuhkan waktu paling lama tiga tahun itu, bagian atapnya tanpa menggunakan kubah seperti kebanyakan bangunan masjid di kabupaten ini dan daerah lainnya.

Bangunan masjid ramah lingkungan itu menggunakan atap limas sebagai ciri khas rumah tradisional masyarakat kabupaten ini dengan tinggi 17 meter, sedangkan tinggi bangunan lima meter dan luas tempat salat 30 x 30 meter berkapasitas 1.200 jemaah yang menyimbolkan total jumlah rakaat salat fardu dalam lima waktu serta jumlah juz dan surah dalam Alquran.

Seluruh sistem penerangan Masjid Raya Batang Hari Leko akan menggunakan lampu hemat energi listrik (Light Emitting Diode-LED) dan dibuat rongga-rongga untuk memanfaatkan cahaya dari sinar matahari sebagai penerangan.

Sedangkan, pembuangan air bekas wudu akan disaring dan digunakan untuk menyirami lanskap taman yang ada di sekitar masjid, sehingga air tidak terbuang percuma, kata Dicky.(*)