Warga Pasia Paneh Agam butuhkan jembatan permanen

id jembatan rusak

Warga Pasia Paneh Agam butuhkan jembatan permanen

Tokoh masyarakat Pasi Paneh, Boy Basri Tanjung (51) yang didepan, sedang meninjau jembatan rajang di Pasia Paneh, Kecamatan Tanjungmutiara, Kabupaten Agam, Kamis (8/3). (ANTARA SUMBAR/Yusrizal)

Lubukbasung, (Antaranews Sumbar) - Warga Pasia Paneh, Kecamatan Tanjungmutiara, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, berharap kepada pemerintah setempat membangun jembatan permanen untuk jalur evakuasi tsunami apabila bencana tersebut melanda daerah itu.

Tokoh masyarakat Pasia Paneh, Boy Basri Tanjung (51) di Lubukbasung, Kamis, mengatakan pembangunan jembatan ini sangat dibutuhkan untuk menghubungkan Pasia Paneh menuju Kampuang Darek dan daerah lainnya.

"Saat ini jembatan yang menghubungkan daerah lain hanya jembatan rajang atau gantung," katanya.

Ia menambahkan kondisi jembatan gantung itu tidak layak digunakan akibat papan bantaran sudah rusak dan besi penahan juga sudah ada yang patah. Ini disebabkan jembatan yang dibangun menggunakan dana program hari kesehatan sosial nasional itu sudah tua karena dibangun 1997.

Dengan kondisi itu, pengendara sudah ada yang jatuh, karena jalan tersebut merupakan akses utama masyarakat Pasi Paneh ke Pasar Tiku.

Selain itu jalan ini juga digunakan ratusan pelajar setiap hari ke sekolah yang ada di Tiku, karena akses transportasi dari jalan itu sangat dekat dengan perbedaan jarak sekitar lima sampai 10 kilometer dengan jalan ada di Durian Kapeh.

"Jalan ini juga merupakan jalur evakuasi tsunami apabila bencana tersebut melanda daerah itu," katanya.

Agar tidak terjadi korban jiwa, masyarakat memperbaiki papan bantaran itu dengan swadaya dan perbaikan itu hampir di lakukan setiap hari.

"Kita menganti papan bantaran itu dengan bekas olahan batang kelapa," katanya.

Sebelumnya, jembatn permanen ada di daerah itu dan telah rusak pada 1994. Namun tiga tahun setelah itu, jembatan rajang dibangun.

Pada 2008-2009, Sungai Tiku lokasi pembangunan jembatan tersebut di normalisasi menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Warga lainnya, Surya (52), berharap jembatan segera dibangun, karena akses jalan sudah ada.

"Saat ini tinggal jembatan, jalan sudah ditingkatkan dari lapen ke hotmix pada 2015," katanya.

Ketua DPRD Agam, Marga Indra Putra menambahkan, pihaknya akan memperjuangkan pembangunan jembatan tersebut pada 2018.

Pihaknya berharap perjuangan itu disetujui oleh pemerintah agar akses transportasi masyarakat menjadi normal.

Selain itu, masyarakat dengan mudah melakukan evakuasi saat gempa bumi berpotensi tsunami melanda daerah itu.

"Mudah-mudahan pembangunan jembatan tersebut disetujui pemerintah sehingga akses transportasi masyarakat akan normal," katanya.

Tempat terpisah, Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Agam, Hermon Triyoga menambahkan, pembangunan jembatan itu telah dianggarkan senilai Rp750 juta pada APBD 2018.

Namun pembangunan jembatan itu menelan biaya sekitar Rp1,5 miliar yang sesuai dengan perencanaan, sehingga pembangunan jembatan ini ditunda.

"Kita akan mengusulkan penambahan anggaran pada APBD perubahan 2018," katanya.