FIB Unand rayakan dies datalis ke-36, memperkuat identitas lokal

id Unand

FIB Unand rayakan dies datalis ke-36, memperkuat identitas lokal

Dekan FIB Unand, Dr. Hasanuddin, M.Si. (Ist)

melalui Dies Natalis ke-36 ini, FIB Unand akan melakukan evaluasi dan refleksi diri untuk memetakan persoalan dan menempatkan diri sebagai pemberi solusi atas persoalan-persoalan tersebut
Padang, (Antaranews Sumbar) - Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas (FIB Unand) kembali merayakan hari lahirnya pada Rabu, 7 Maret 2018.

Dalam usia 36 tahun ini, FIB Unand dituntut tidak semata berkutat dengan persoalan teoretik keilmuan, tetapi juga dituntut untuk memperhatikan ekonomi masyarakat sebagai upaya memperkuat identitas lokal.

Dekan FIB Unand, Dr. Hasanuddin, M.Si. mengungkapkan bahwa faktanya masyarakat saat ini banyak menghadapi masalah ekonomi.

Oleh karena itu, FIB Unand diharapkan mampu memberi solusi ekonomi kreatif berbasis keilmuan budaya. Salah satunya dilakukan dengan mengenalkan batik FIB Unand yang telah mendapat hak paten.

“Batik selama ini identik dengan tradisi Jawa. Ternyata, hasil penelitian dosen FIB Unand menunjukkan bahwa tradisi membatik juga sudah ada di Minangkabau sejak dulu. Hanya saja, tidak diproduksi secara massal," kata Hasanuddin.

Oleh karena itu, guna memperkaya motif batik, dosen FIB Unand telah mengembangkan 30-an motif batik dan telah dipatenkan di Kemenhumkan RI.

Motif tersebut digali dari manuskrip, ukiran, dan artefak lain yang merupakan representasi budaya Minangkabau dan Sumatera Barat, ujarnya.

Terkait hal tersebut, pada 7 Februari 2018 ini, FIB Unand akan mengadakan kegiatan membatik yang diresmikan dan dimulai oleh Rektor Unand.

Kegiatan tersebut terangkum dalam launching wirausaha batik yang disertai dengan pameran motif batik FIB Unand. Pameran ini diharapkan menjadi core FIB Unand dalam merayakan Dies Natalis ke-36.

Launching wirausaha batik ini merupakan cara yang dilakukan FIB dalam memberikan solusi ekonomi alternatif berbasis keilmuan budaya.

Hal ini seiring dengan tujuan penelitian nasional bahwa FIB dituntut untuk mampu menghasilkan hilirisasi penelitian dalam bentuk produk.

Tidak hanya produk sastra dan kesenian, tetapi juga produk lain yang siap dijual, seperti batik dan handycraft.

Dekan FIB Unand mengungkapkan bahwa sejumlah strategi akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Di antaranya membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan keterampilan wirausaha.

“Lulusan FIB Unand harus mandiri dan tidak bergantung pada pekerjaan yang disediakan oleh orang lain,” jelas Dr. Hasanuddin, M.Si.

Terkait hal tersebut, tambahnya, bahwa kurikulum pendidikan dan penelitian akan diabdikan kepada masyarakat.

Sesuai dengan bidang ilmu yang ada, yaitu bahasa dan sastra (Indonesia, Minang, Inggris, dan Jepang), sejarah, dan kajian budaya, penyusunan kurikulum disesuaikan untuk pengembangan ilmu dan penyelesaian masalah di tengah-tengah masyarakat.

Dr. Hasanuddin, M.Si. mengungkapkan bahwa banyak masalah terkait bidang ilmu di FIB Unand. Oleh sebab itu, melalui Dies Natalis ke-36 ini, FIB Unand akan melakukan evaluasi dan refleksi diri untuk memetakan persoalan dan menempatkan diri sebagai pemberi solusi atas persoalan-persoalan tersebut.

Menurut Dekan FIB Unand, untuk membenahi persoalan bahasa misalnya, khususnya bahasa Minangkabau, FIB Unand telah bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat untuk melakukan Kongres Bahasa Minangkabau tahun 2018 ini.

“Prakongres sudah dilaksanakan pada tahun 2017. Demikian pula prakongres sejarah Minangkabau yang telah dilaksanakan bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta perguruan tinggi di Sumbar," ujarnya.

Selain itu, FIB Unand juga memiliki komitmen untuk membenahi persoalan sastra dengan cara bekerja bersama sastrawan untuk mengembangkan atmosfir kesastraan agar produksi karya sastra berkembang sejalan dengan produksi kritik sastra.

Lalu, kajian budaya diarahkan untuk memperkuat identitas etnik atau lokal untuk menegaskan kebhinekaan Indonesia.

Menurut dia, kebermaknaan ada pada keberagaman, bukan pada keseragaman. “Seperti sebuah mozaik atau taman bunga, keindahannya pada keanekawarnaan, bukan pada kesewarnaan. Untuk itu, kerja sama sinergis dengan semua institusi yang relevan akan terus ditingkatkan,” jelasnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, FIB Unand menyadari bahwa dies natalis tidaklah sekadar perayaan saja. Pada momen dies natalis ke-36 ini, FIB Unand terus menata diri, memperkuat posisi berdiri, dan memberi warna serta arti bagi negeri.

Konsep yang diusung FIB dalam perayaan Dies Natalis ke-36 ialah memperkuat identintas lokal untuk ketahanan nasional, namun tetap eksis secara global.***