Pohon sagu di Aceh Barat Daya tidak lagi berbuah setelah dihempas tsunami

id tsunami

Pohon sagu di Aceh Barat Daya tidak lagi berbuah setelah dihempas tsunami

Jalur evakuasi tsunami. (Foto; Antara Sumbar/ Syafril Adriansyah)

Setelah peristiwa itu pohon sagu di sini tidak mau berbuah lagi sehingga buah rumbia (buah sagu) jadi langka
Blangpidie, Aceh, (Antara) - Sejak sebagian wilayah Provinsi Aceh diguncang gempa kuat dan terjangan gelombang tsunami sekitar 13 tahun, pohon-pohon sagu (metroxylon sagu) di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) tidak berbuah lagi.

"Setelah peristiwa itu pohon sagu di sini tidak mau berbuah lagi sehingga buah rumbia (buah sagu) jadi langka," ungkap Isman, warga Desa Ie Lhob, Kecamatan Tangan-Tangan, Kabupaten Abdya, Jumat.

Ia menambahkan di daerahnya saat ini masih banyak dijumpai pohon sagu yang tumbuh subur di desa-desa khususnya di lahan rawa-rawa, namun dirinya tidak mengetahui apa penyebab pohon tersebut sudah bertahun-tahun tidak berbuah.

Kalaupun ada yang mengeluarkan bunga, tambahnya tidak lama kemudian, putik-putik itu rontok berguguran, dan peristiwa langka itu hingga kini belum diketahui pasti penyebabnya, karena belum ada penelitian khusus mengapa pohon sagu tidak lagi menghasilkan buah.

Kelangkaan buah rumbia tersebut, katanya sudah terjadi sejak terjadinya bencana alam gempa bumi, dan gelombang tsunami. Sejak itulah buah yang rasanya kelat itu sudah jarang terlihat, baik di pasar-pasar maupun di pedesaan.

"Buah rumbia itu hampir mirip dengan buah salak, hanya saja sisik buah rumbia sedikit besar, rasanya kelat, dan bila sudah benar-benar matang rasanya berubah sedikit manis. Jadi, dulu kaum wanita di desa-desa memakan buah rumbia dengan pliek U (patarana)," ungkapnya.

Selain sangat ampuh untuk mengobati penyakit diare, tambahnya buah rumbia juga dimamfaatkan untuk bahan rujak dicampur dengan buah-buahan lainnya. Jadi, berhubung kini sudah sulit didapatkan, maka buah tersebut tidak dijumpai lagi dalam rujak yang dijual di Aceh.

Pernyataan serupa juga diutarakan oleh Abdurahman, warga Kecamatan Babahrot itu menambahkan, sebelum terjadinya gempa bumi dan gelombang tsunami, buah rumbia asinan cukup banyak dijual di kawasan Suak Seumaseh, Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat.

"Dulu, saat pulang dari Banda Aceh ke Blangpidie, rasanya belum lengkap bila tidak membawa pulang oleh-oleh buah rumbia asinan. Buah ini dulu cukup banyak dijual di Suak Seumaseh, Meulaboh. Setelah tsunami melanda buah langsung langka, dan hingga sekarang sangat sulit kita dapatkan," ujarnya.(*)