Untuk selamatkan Harimau Sumatera, BBKSDA Riau pertimbangkan gunakan senjata bius

id harimau sumatera

Untuk selamatkan Harimau Sumatera, BBKSDA Riau pertimbangkan gunakan senjata bius

Harimau Sumatera.

Opsi penggunaan senjata bius diambil setelah ada keyakinan. Artinya telah ada data lapangan, posisi harimau, bergeraknya ke mana, sudah kita ketahui
Pekanbaru, (Antaranews Sumbar) - Untuk menyelamatkan harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang terjebak dan berkeliaran di perkebunan sawit Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, pihak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) provinsi itu mempertimbangkan menggunakan senapan bius.

"Opsi penggunaan senjata bius diambil setelah ada keyakinan. Artinya telah ada data lapangan, posisi harimau, bergeraknya ke mana, sudah kita ketahui," kata Kepala Seksi Wilayah II BBKSDA Riau, Mulyo Hutomo, di Pekanbaru, Kamis.

Mulyo yang juga menjabat sebagai ketua tim penyelamat harimau itu, menyebutkan hingga kini tim yang telah lebih dari satu bulan di lapangan dinilai telah mempelajari pola pergerakan harimau betina remaja itu.

Penggunaan senjata bius, menurut dia, merupakan pilihan terberat dan rencana terakhir itu dapat dilakukan dalam waktu dekat.

Sebelum menjatuhkan penggunaan bius, BBKSDA Riau bersama polisi yang tergabung dalam tim penyelamat harimau telah berupaya memasang perangkap-perangkap berbentuk kotak besi.

Setidaknya terdapat enam perangkap yang dipasang dengan masing-masing di antaranya berisi kambing jantan serta babi hutan.

Namun, upaya-upaya itu gagal. Dua ekor harimau betina dewasa masing-masing bernama Boni dan Bonita, masih berkeliaran di perkebunan sawit PT Tabung Haji Indo Plantation (THIP). Di lokasi itu, seorang karyawan bernama Jumiati meninggal dunia dengan kondisi mengenaskan awal Januari 2018.

Perempuan berusia 33 tahun tersebut diserang Bonita saat bekerja di KCB 76 Blok 10 Afdeling IV Eboni State, Desa Tanjung Simpang, Pelangiran, Indragiri Hilir.

"Bius itu letaknya ketika semua sudah dilakukan," ujarnya.

Dia menuturkan nantinya penggunaan senjata bius akan dilakukan oleh tim khusus, yang berbeda dengan tim yang telah berada di lapangan selama hampir dua bulan tersebut.

"Penggunaan senjata bius nantinya akan dilakukan oleh tim khusus, terdiri dari penembak, tim medis, observasi. Mereka sudah siap untuk digerakkan," ujarnya.

Hutomo menjelaskan upaya tim yang melakukan pencarian bukannya tidak membuahkan hasil. Dalam beberapa kesempatan, tim bahkan melihat langsung salah satu dari dua harimau itu berkeliaran di jalanan koridor perkebunan sawit.

Yang terakhir, perjumpaan tim terjadi pada Selasa (20/2). Tim BBKSDA dan polisi yang berjumlah lebih dari 10 orang berjumpa langsung dengan harimau diduga Bonita.

Pengakuan Hutomo, jarak mereka dengan satwa dilindungi itu hanya sekitar tiga meter.

"Itu sudah antara hidup dan mati anggota kita saat itu. Tidak banyak yang bisa dilakukan kecuali berdoa," ujarnya.

Beruntung, katanya, seluruh personel penyelamat harimau berhasil lepas dari maut, setelah tim cadangan dari kepolisian membantu mereka serta menembakkan senjata api ke udara.

Hutomo tidak menampik bahwa kejadian itu menjadi salah satu bahan evaluasi untuk menggunakan senjata bius sebagai pilihan terakhir menyelamatkan dan merelokasi harimau tersebut ke habitat yang lebih baik.(*)