Pelatihan jurnalistik Pertamina: medsos berperan aktif sebarkan hoaks

id hoaks,pertamina,HPN 2018

Pelatihan jurnalistik Pertamina: medsos berperan aktif sebarkan hoaks

Pertamina bekerja sama dengan PWI Sumbar menggelar pelatihan jurnalistik dengan tema Memerangi Hoaks di Padang, Senin (5/2). (Antara Sumbar/Melani F)

Padang, (Antaranews Sumbar) - Menyambut Hari Pers Nasional (HPN) 2018, PT Pertamina bekerja sama dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumbar menggelar pelatihan jurnalistik dengan tema " Mencegah Penyebaran Hoaks" bagi wartawan dan mahasiswa di Padang, Senin.

Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Adiatma Sardjito mengatakan saat ini banyak berita bohong yang beredar di tengah masyarakat.

"Berita bohong tidak hanya merugikan masyarakat tapi juga menyerang perusahaan seperti cara menyudutkan," kata dia.

Lebih lanjut ia mengatakan Pertamina termasuk ke dalam perusahaan yang sering diserang berita hoaks, seperti penetapan BBM satu harga, sampai penipuan berkedok penerimaan pegawai.

Untuk menangkal hal tersebut, Pertamina membuka sistem secara terbuka, dengan mengumumkan ke publik hasil kerja dari perusahaan plat merah itu.

Selain itu, BUMN di bidang minyak dan gas ini juga membuka layanan publik dan pengaduan dengan nomor 1500000, yang bisa dihubungi 24 jam, kata dia

Sementara Direktur Indonesia New Media Watch Agus Sudibyo mengatakan media sosial berperan aktif dalam penyebaran hoaks di masyarakat.

Selama ini pemilik media sosial mendapat keuntungan dari penyebaran informasi hoaks media sosial, namun masih banyak masyarakat yang belum menyadari, kata dia.

Ia menyampaikan selama ini jika ada pelanggaran UU ITE, baru bisa menjerat pemilik akun media sosial.

Agus berharap pemilik media sosial seperti facebook atau instagram dapat dijadikan objek hukum, terkait penyebaran hoaks.

Sementara Kepala Biro Multimedia Divisi Humas Polri Brigjen Rikwanto mengatakan untuk menjadikan pemilik media sosial sebagai objek hukum, perlu dilakukan kajian mendalam dengan institusi terkait yakni Kominfo dan para ahli juga akademisi.

Ia menyadari saat ini kondisi masyarakat Indonesia masih memiliki tingkat literasi yang rendah terhadap media sosial dan berita hoaks, sehingga masih perlu pembinaan. (*)