Psikolog nilai pemahaman masyarakat mengenai lingkar kekerasan anak masih minim

id Najeela Shihab

Psikolog nilai pemahaman masyarakat mengenai lingkar kekerasan anak masih minim

Psikolog pendidikan anak Najeela Shihab. (cc)

eprihatinan masyarakat terhadap kasus pak guru Ahmad Budi Cahyono yang tewas, menunjukkan penghormatan pada pendidik dan kepedulian pada dunia pendidikan. Jatuhnya korban dalam lingkungan pendidikan itu tidak boleh dibiarkan
Jakarta, (Antaranews Sumbar) - Psikolog pendidikan anak Najeela Shihab mengatakan pemahaman masyarakat mengenai lingkar kekerasan anak masih minim atau sedikit.

"Keprihatinan masyarakat terhadap kasus pak guru Ahmad Budi Cahyono yang tewas, menunjukkan penghormatan pada pendidik dan kepedulian pada dunia pendidikan. Jatuhnya korban dalam lingkungan pendidikan itu tidak boleh dibiarkan," ujar Najeela, di Jakarta, Senin.

Ia pun amat berduka dengan peristiwa itu. Namun reaksi yang beragam dari masyarakat mengenai kasus ini menunjukkan masih sedikit pemahaman akan lingkar kekerasan.

Najeela menjelaskan, kekerasan dalam pendidikan di Tanah Air cukup tinggi. Sekitar 26 hingga 27 persen anak mengaku menjadi korban kekerasan di rumah dan sekolah. Kemudian, sekitar 78 persen pernah menjadi saksi atau terlibat

Selain itu, angka kekerasan yang berkaitan dengan korban guru juga memprihatinkan. Sekitar 5 hingga 9 persen guru merasa tidak aman dalam pekerjaan.

"Keterkejutan kita atas kasus ini sebetulnya bukti dari rendahnya keterlibatan. Masalah ini sudah di depan mata sejak lama. Kekerasan dalam pendidikan di Indonesia, hanya menjadi pembicaraan saat sudah ada korban fisik bahkan nyawa. Padahal setiap hari di ruang kelas, guru dan murid berada dalam kekerasan psikologis, termasuk secara emosional dan seksual. Tapi gawat darurat di dunia pendidikan, tidak dirasakan," kata dia lagi.

Selama ini, penanganan kekerasan dalam pendidikan fokus pada hukuman dan insiden per orang, belum fokus pada pencegahan yang memahami bahwa pelaku seringkali adalah korban.

"Saksi dan semua yang ada di lingkungan adalah komunitas yang rentan dan butuh dukungan. HI (siswa yang menaniaya guru) tidak 'mendadak nakal' dan pak Budi tidak hanya berada pada kondisi berbahaya pada saat itu saja," katanya pula.

Dia meminta agar siapa pun tidak menjadi pahlawan kesiangan, karena sumber dari kejadian tersebut tidak hanya pada beberapa jam sebelum peristiwa naas itu berlangsung.

"Perilaku murid HI dan kematian pak guru Budi adalah peringatan yang kesekian kalinya untuk kita semua," ujar dia. (*)