Sumbar targetkan produksi perikanan tangkap meningkat 2.516 ton

id DKP Sumbar, produksi perikanan tangkap

Sumbar targetkan produksi perikanan tangkap meningkat 2.516 ton

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sumatera Barat Yosmeri. (ANTARA SUMBAR/Novia Harlina)

Padang, (Antaranews Sumbar) - Targetkan produksi perikanan tangkap Sumatera Barat 2018 meningkat 2.516 ton dari 209.629 ton pada 2017 menjadi 212.145 ton pada 2018.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbar, Yosmeri di Padang, Rabu, menyebutkan produksi perikanan tangkap 2018 tersebut tersebar di tujuh daerah, yakni Kabupaten Kepualauan Mentawai 3.270 ton, Pesisir Selatan 33.721 ton, dan Padangpariaman 45.053 ton.

Selanjutnya Kabupaten Agam 7.148 ton, Pasaman Barat 92.717 ton, Kota Padang 21.733 ton, dan Kota Pariaman 8.500 ton.

Ia menyebutkan produksi perikanan tangkap Sumbar yang memiliki garis pantai sepanjang 2.420.357 kilometer secara umum setiap tahun telah memenuhi target.

Yosmeri menyatakan produksi perikanan tangkap dari luas perairan laut sumbar yang mencapai 186.580 kilometer persegi itu pada 2013 mencapai 211.003 ton, 2014 sebanyak 214.734 ton, 2015 yakni 204.770 ton dan 2016 produksinya 206,948 ton.

Untuk terus menggenjot produksi perikanan di provinsi itu, pihaknya telah mengupayakan secara berkesinambungan memberikan bantuan kepada nelayan, seperti bantuan peralatan kapal dan pembinaan.

"Dari pemerintah pusat juga banyak seperti bantuan konverter kit untuk menghemat bahan bakar," ujarnya.

Ia berharap dengan besarnya potensi ikan tangkap tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan dan masyarakat pesisir.

Sebelumnya Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Herman Khaeron menyebutkan potensi sumber daya alam Indonesia tersebut merupakan aset besar yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan.

"Pemerintah bersama DPR memiliki tugas untuk mewujudkan kesejahteraan itu melalui kebijakan yang tidak memberatkan nelayan dan memberikan bantuan secara merata," katanya.

Ia menambahkan permasalahan yang mendasar di kelautan Indonesia yakni masih rendahnya akses permodalan, teknologi dan informasi masih tertinggal, dan daya saing produk olahan masih rendah. (*)