Kematian balita di lima kabupaten/kota naik, termasuk Padang

id Gizi Buruk,Kematian Balita,Dinkes Sumbar

Kematian balita di lima kabupaten/kota naik, termasuk Padang

Ilustrasi - (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/aww/18.)

Padang, (Antaranews Sumbar) - Jumlah kematian balita (1 sampai 5 tahun) di Sumatera Barart turun pada 2017 menjadi 116 kasus dibandingkan tahun sebelumnya tercatat 163 kasus, kata pejabat pemerintah setempat, meskipun terdapat lima kabupaten/kota yang mengalami kenaikan.

Kepala Dinas kesehatan Sumbar, Merry Yuliesday melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Fionaliza di Padang, Senin mengatakan penurunan tersebut merata di kabupaten/kota yang ada di provinsi itu meskipun lima daerah masih mengalami peningkatan.

Daerah yang terjadi peningkatan tersebut adalah Kabupaten Pasaman dari satu kasus pada 2016 menjadi enam kasus pada 2017, Solok Selatan satu kasus menjadi dua kasus, Kota Padang 16 kasus menjadi 19 kasus, Kota Solok satu kasus menjadi tiga kasus, dan Sawahlunto dua kasus menjadi tiga kasus.

"Sementara kasus tertinggi terdapat di Kota Padang sebanyak 19 kasus diikuti Pasaman Barat 15 kasus dan Tanah Datar 14 kasus," sebutnya.

Penyebab kematian balita di daerah itu, sebutnya 9,9 persen disebabkan oleh Pneumonia (radang parau-paru), Demam Berdarah Dengue (DBD) 1,7 persen dan faktor lain-lain.

Pneumonia disebabkan oleh virus, sedangkan faktor risikonya antara lain akibat tidak mendapatkan ASI ekslusif pada enam bulan pertama, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), tidak mendapatkan imunisasi dan paparan polusi udara seperti asap rokok di dalam rumah.

Sebelumnya Ketua Unit Kerja Koordinasi Respirologi Pimpinan Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Nastiti Kaswandani, mengatakan, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama menurunkan potensi pneumonia pada anak.

Selain pemberian ASI eksklusif pada enam bulan pertama, pemberian imunisasi vaksin Haemophilus Influenzae type B (HiB) dan Pneumococcal juga menurunkan risiko pneumonia hingga 49 persen pada anak.

"Penggunaan bahan bakar untuk memasak yang bersih dan ramah lingkungan di dalam rumah juga menurunkan risiko hingga 50 persen pada anak," katanya.

Untuk mencegah balita terinfeksi pneumonia, Nastiti menyarankan dua hal, yaitu upaya perlindungan dan pencegahan. Upaya perlindungan dilakukan dengan menciptakan lingkungan hidup yang sehat bagi balita.

Lingkungan hidup sehat bagi balita meliputi ASI eksklusif selama enam bulan, pencegahan bayi berat lahir rendah, pemberian nutrisi adekuat, menghindari polusi di dalam dan luar rumah serta cuci tangan enam langkah.

Sedangkan upaya pencegahan agar balita terhindar dari pneumonia dilakukan dengan imunisasi lengkap, pencegahan HIV, pemberian profilaksis kotrimoksazol pada HIV dan pemberian zinc pada kasus diare. (*)