Pengidap HIV/AIDS di Solok diminta terbuka memeriksakan diri

id HIV/AIDS,Dinkes Solok

Pengidap HIV/AIDS  di Solok diminta terbuka memeriksakan diri

Ilustrasi - (ANTARA FOTO/Siswowidodo/Koz/mes/14)

Arosuka, (Antaranews Sumbar) - Dinas Kesehatan Kabupaten Solok, Sumatera Barat, menemukan 35 pengidap HIV/AIDS sepanjang 2017, menambah data orang yang mengidap penyakit berbahaya itu menjadi 65 orang. Penderita penyakit yang menular lewat darah ini diminta terbuka memeriksakan diri untuk segera diobati.

"Sebelum tahun 2017, temuan pengidap HIV/AIDS maksimal enam orang per tahun, tapi dengan memaksimalkan kinerja dan pemeriksaan dari setiap puskesmas temuan pengidap penyakit berbahaya tersebut meningkat," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Solok, Sri Efianti di Arosuka, Kamis ( 25/1).

Ia merinci jumlah kasus HIV/AIDS dari 2011 hingga 2017 mencapai 65 kasus, 28 orang meninggal dunia. Jadi, jumlah penderita saat ini 37 orang.

Ia menjelaskan masyarakat terkesan menutupi untuk mengakui atau memeriksa penyakit HIV/AIDS. Atas dasar itu, pihaknya mengoordinasikan puskesmas untuk gencar melakukan sosialisasi agar warga bersedia memeriksakan diri.

"Kami tidak malu jika angka pengidap penyakit ini banyak. Malah ingin menemukan sebanyak-banyaknya. Untuk itu puskesmas yang ada di seluruh kecamatan diharapkan gencar menemukan pengidap HIV/AIDS ini agar dapat diberikan penanganan," ujarnya.

Ia mengatakan walaupun belum ada obat untuk menyembuhkan HIV/AIDS, namun ada pengobatan yang memperlambat perkembangan penyakit seperti Anti Retroviral (ARV), setidaknya bisa membuat orang terinfeksi untuk bisa menjalani pola hidup sehat.

ODHA harus mengonsumsi obat ARV secara rutin. Khusus untuk ibu melahirkan, mereka mendapatkan tanggung jawab tambahan untuk sekuat tenaga menghindarkan penularan virus ke bayi mereka.

"Jika ditanggung sendiri, biaya pengobatan ARV sangat mahal, mencapai jutaan rupiah, dan di sinilah peran kami, menemukan ODHA dan diberikan pengobatan gratis dari pemerintah," ujarnya.

Ia mengatakan vonis positif HIV/AIDS itu memiliki konsekuensi yang berat. Oleh karena itu memberikan pengertian dilakukan secara perlahan-lahan.

Kemudian pihaknya juga harus mengajak sang ibu dan suaminya untuk berbicara dari hati ke hati kepada petugas puskesmas yang turun ke lapangan.

Menurutnya, terhadap pasien yang sedang dalam perawatan, penting untuk memberikan pengertian dan perhatian maksimal. "Inilah tahap krusial dalam penanganan HIV/AIDS karena prosesnya akan berlangsung panjang," ujarnya.

Untuk mengantisipasi penularan, Sri Efianti mengimbau masyarakat khususnya yang sudah menikah untuk selalu setia dengan pasangannya.

Penularan HIV/AIDS bisa juga melalui jarum suntik yang dipakai oleh para pecandu narkoba.

Agar terhindar dari HIV/AIDS harus menghindari seks bebas.

Ia menyebutkan perlu adanya pengawasan yang ketat dari seluruh unsur masyarakat, mengingat penularan HIV dan AIDS juga datang dari Lelaki Sex Lelaki (LSL).

"Untuk menekan kasus HIV AIDS yang terjadi di Solok ini, diperlukan sinergitas semua pihak mulai dari orang tua, guru dan tokoh masyarakat," ujarnya. (*)