Solok Selatan jadikan Simancuang sebagai kawasan organik

id Simancuang,Padi Organik,Solok Selatan

Solok Selatan jadikan Simancuang sebagai kawasan organik

Bupati Solok Selatan Muzni Zakaria menandatangani prasasti peresmian penggilingan padi organik dan pengolahan pupuk organik di kelompok Sekolah Lapangan Simancuang, Senin (22/1). (ANTARA SUMBAR/Erik Ifansyah Akbar)

Padang Aro, (Antaranews Sumbar) - Pemerintah Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, segera menjadikan Jorong Simancuang, Nagari Alam Pauah Duo, sebagai kawasan organik.

"Simancuang akan dijadikan kawasan organik yang ramah lingkungan karena mereka sudah berhasil mengelola lingkungan dengan baik serta memanfaatkannya dengan baik sehingga bernilai ekonomis," kata Bupati Solok Selatan Muzni Zakaria saat peresmian fasilitas pendukung padi organik di Padang Aro, Senin (22/1).

Simancuang masih memiliki kawasan yang alami dan sejak 2017 mulai mengembangkan padi organik seluas 20 hektare.

Simnacuang juga yang pertama di Sumbar dalam pengelolaan hutan nagari yang sekarang jadi percontohan bagi daerah lain.

"Pemerintah mendukung pengembangan padi organik di Simancuang termasuk komoditi lainnya sehingga jadi kawasan organik," ujarnya.

Solok Selatan kini memiliki 40 hektare lahan padi organik yaitu di Sungai Kalu dan Simancuang masing-masing 20 hektare dengan panen setiap hektarenya mencapai 4,8 ton.

Untuk padi organik di Sungai Kalu sudah memiliki sertifikat yang dikeluarkan Desember 2017 sehingga nilai jualnya sudah tinggi.

Direktur KKI Warsi Sumbar Reynald mengatakan Simancuang dikembangkan pengelolaan sumberdaya alam yang terintegrasi.

Dia mengatakan saat hutan diserahkan kepada masyarakat hutan tersebut dimanfaatkan untuk jasa lingkungan seperti air dari hutan. Simancuang sendiri memanfaatkan air dari hutan untuk mengairi sawah sehingga bisa bermanfaat untuk perekonomian masyarakat.

Selain itu, masyarakat di Simancuang juga mengembangkan biogas dari kotoran sapi.

"Ampas dari biogas dijadikan pupuk organik dan pengelolaan sawah juga secara organik dan sekarang juga ada padi penggilingan khusus untuk padi organik," ujarnya.

Ketua sekolah lapangan usaha organik Simancuang Tasril mengatakan, kelompoknya terdiri dari 30 orang dengan lahan 20 hektare.

"Kami baru memasuki tanam yang ke dua untuk padi organik," katanya.

Jenis padi yang dikembangkan oleh kelompok padi organik Simancuang adalah Jujuang.

Untuk kebutuhan pupuk organik selama ini masih berasal dari bantuan dan sekarang kelompoknya mulai mengelola pupuk organik.

Setiap satu hektare lahan padi organik membutuhkan1,5 ton pupuk dan pihaknya masih kesulitan untuk memenuhinya karena saat ini baru ada enam ekor sapi.

"Berat beras padi organik lebih tinggi 0,2 gram dibandingkan menggunakan pupuk kimia," ujarnya. (*)