Sumbar dokumentasikan 800 jenis pakaian adat perempuan Minangkabau

id pakaian adat perempuan Minangkabau

Sumbar dokumentasikan 800 jenis pakaian adat perempuan Minangkabau

Salah satu jenis pakaian adat perempuan Minangkabau. (cc)

Temuan tentang pakaian adat perempuan di Minangkabau ini sangat mencengangkan karena jumlahnya yang mencapai ratusan
Padang, (Antaranews Sumbar) - Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) mengidentifikasi pakaian adat perempuan Minangkabau mencapai 800 jenis dan sedang didokumentasikan agar tetap terjaga sebagai kekayaan budaya.

"Temuan tentang pakaian adat perempuan di Minangkabau ini sangat mencengangkan karena jumlahnya yang mencapai ratusan," kata Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar, Taufik Effendi di Padang, Senin.

Ia menyampaikan itu terkait kekayaan budaya etnis Minangkabau, salah satunya dalam hal jenis pakaian adat.

Menurutnya jumlah yang cukup fantastis itu karena pada masing-masing nagari di Sumbar, terdapat perbedaan jenis pakaian adat perempuan. Bahkan dalam satu nagari, namun berbeda suku juga terdapat perbedaan.

Perbedaan itu diantaranya terletak pada ornamen dan pernik yang digunakan serta perlengkapan lain seperti suntiang (hiasan kepala).

Hal itu, harus didokumentasikan secepatnya karena jika tidak bisa terancam punah dan tidak diketahui lagi oleh generasi penerusnya.

Saat ini telah dilakukan pendokumentasian terhadap 234 jenis dan terus dilanjutkan sesuai anggaran yang tersedia. Diharapkan dalam dua atau tiga tahun ke depan, seluruh jenis pakaian itu bisa didokumentasikan dengan baik.

Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno mendukung upaya yang dilakukan dinas kebudayaan itu karena kekayaan budaya juga berkaitan erat dengan pariwisata yang bisa membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Ia menilai pernak-pernik pakaian adat perempuan Minang yang rumit itu akan sangat menarik bagi wisatawan terutama untuk kaum hawa untuk mencobanya.

Selain pakaian ia juga mendorong dinas kebudayaan untuk membantu pelestarian tradisi silat Minang yang dinilainya makin lama makin menghilang.

"Hilang guru hilang pula jurusnya. Hal ini jangan sampai terjadi karena ini adalah kekayaan masyarakat Minangkabau," ujarnya.

Ia berharap semua pihak yang terkait dengan kebudayaan bisa saling membantu dalam melestarikan kekayaan itu. (*)